11 January 2011

Management PO Gunung Mulia

Setelah sebelumnya saya mempublikasikan entri Gunung Mulia feat Laksana, kali ini saya masih pengen mengulas tentang Gunung Mulia, namun di postingan kali ini tidak lagi membahas masalah duel antara Gunung Mulia dan Laksana akan tetapi yg ingin saya bahas melainkan managemen dari Gunung Mulia sendiri. Ya, seperti yg orang orang bilang dan saya akui, kelebihan dari Gunung Mulia di jalanan Wonogiri itu karena beberapa alasan berikut.... Karena armadanya yg terbilang terawat jadi menarik minat para calon penumpang, lalu dengan armada yg bagus itu Gunung Mulia tidak juga membandrol harga tiket yg tinggi, apalagi dengan harga tiket yg lumayan efisien itu penumpang mendapatkan fasilitas 1x paket makan prasmanan di RM.Sari Rasa Wleri sewaktu keberangkatan ke Jakarta dan di RM.Markoni Indramayu sewaktu arah balik dari jakarta, selain itu managemen Gunung Mulia pun juga memberikan Welcome Snack pada penumpangnya, apalagi dengan fitur armada yg berkelas VIP/Bisnis AC yg menyediakan bantal dan selimut, dan juga rute yg menyebar sehingga penumpangnya diantar ke tempat tujuan akhir. Dengan beberapa alasan yg merupakan suatu poin lebih itulah sehingga bis berlivery putih grafis ini banyak dilirik calon penumpang termasuk saya sendiri. Walaupun sebetulnya bis ini juga masih ngompreng, namun keseringan bis ini telah penuh terisi penumpang dari agen resminya jadi gak terlalu banyak berhenti membujuk calon penumpang. Dengan dorongan chasis mesin Hino dan Mercedez-Benz, bis ini sesekali berhenti di kantor pusatnya Sukoharjo untuk dilakukan kontrol harga tiket dan tujuan, transit antar bis, serta pembagian snack, lalu berangkatlah bis dari garasi mampir di setiap terminal dan agen yg dilewati dan sekital pukul 19.30 masuk ke RM.Sari Rasa untuk berhenti makan malam. Kupon makan prasmanan yg dibendel dengan tiket bisa ditukar dengan 1x paket makan di tempat pelayanan prasmanan khusus Gunung Mulia, bisa juga paket makan diambil berupa nasi kotak untuk mereka penumpang yg enggan beranjak dari seat 2-2 nya. Dari pengalaman saya yg membuat saya merasa terkesan kagum adalah suatu ketika itu sang Cheker yg tengah melakukan kontrol tiket di RM.Markoni (maklum, jika dari Jakarta pengontrolan tiketnya adalah di RM.Markoni) mendapati beberapa penumpang yg tidak menukarkan kupon sevis makannya, lalu dengan nada ramah tamahnya sang Cheker memberi arahan dan saran kepada penumpang itu, beginilah kira-kira ucapan Cheker kala itu "Wah mbak, ini tadi kupon makannya kok gak dipakai, kupon ini seharusnya ditukar dengan servis makan di situ mbak (sambil tangannya menunjukkan tempat servis makan di RM.Markoni), apa mau dibungkus aja mbak makannya, biar dibungkusin dulu sama kru kami?", lalu sebenarnya penumpang tersebut enggan untuk mengiyai tawaran Cheker tersebut namun Cheker itu tetap saja memberi aba aba pada sang Driver untuk menunggu dulu, dan tidak lama ada seorang yg membawakan nasi kotak untuk penumpang itu. Sungguh saya merasa kagum akan keramahan dan kepedulian sang Cheker kepada penumpang. Saya rasa spekulasi Managemen PO Gunung Mulia lumayan bagus, semua krunya selalu mengenakan seragam perusahaan dan selalu bersikap ramah tamah kepada penumpangnya, armadanya yg selalu terawat dengan baik, serta harga tiket yg distandarkan. Hanya saja terkadang saya menemukan sebuah fenomena dan sayapun lagi-lagi juga pernah mengalaminya sendiri. Waktu itu sedang waktunya bis berhenti untuk yg kedua kalinya, tepatnya di RM.Sari Rasa, begitu pak sopir mengunci handremnya saya pun turut beranjak dari kursi nomor 25 untuk turun dari bis, setelah saya berhasil melewati pintu keluar bis, saya melihat ada 3 unit armada Gunung Mulia yg ada disitu, satu armada bertubuh Proteus, satu lagi Panorama 2, dan satunya lagi adalah yg saya tumpangi itu berbentuk Panorama DX.
Tak lama saya melihatnya lalu saya melangkahkan kaki menuju toilet, sesudahnya dari toilet niat di benak saya ingin segera memesan segelas kopi dan menikmatinya sambil melihat kedatangan bis bis disitu, namun urung niat itu kesampean ingatan saya tertuju pada sebungkus rokok yg tertinggal di tas, secepatnya saya menginjakkan kaki ke dalam bis lagi, namun justru seperti orang bingung saja saya di dalam bis, masih jelas di ingatan saya bahwa nomor kursi saya tadi adalah 25, namun kok saya tidak menemukan tas saya disitu, saya gak berpikir apa apa atau berburuk sangka akan tas saya namun saya memutuskan untuk keluar dari bis dengan sedikit keraguan kalau saya salah masuk bis, akan tetapi bis yg saya masuki ini juga berbentuk Panorama DX seperti sebelumnya tadi, "masa sih salah,,," itu keraguan yg ada di pikiran saya. Setelah sampai di luar, sungguh saya malu dengan diri sendiri, ternyata benar saya salah masuk bis. Mungkin sewaktu saya sedang di kamar kecil itu, ada sebuah bis lagi yg datang dg body yg sama Panorama DX, tapi siapa juga yg menyangka lha wong bisnya aja sama persis gitu, gak ada perbedaan setitikpun selain 1 digit angka terakhir dalam plat nomor, apalagi tadi juga cuma ada sebuah Panorama DX, jadi ya saya pikir itulah bis saya. Kejadian semacam itu juga tidak jarang saya lihat pada penumpang yg hendak masuk kembali ke bis sewaktu di rumah makan, kebanyakan mereka harus melihat angka plat nomor yg ada di tiket yg di bawa dengan plat nomor yg ada di bis, seandainya dalam waktu yg bersamaan bis yg ada di rumah makan mencapai 10 bis lebih maka akan semakin sulit penumpang menemukan bisnya karena mesti melihat nopol bis satu persatu. Pasalnya liveri armada bis Gunung Mulia semua sama persis, putih bergaris orange coklat dan hitam, apalagi kelas bis yg kebanyakan distandarkan VIP saja, jadi cukuplah sulit bagi sebagian penumpang yg kurang paham akan lekuk tubuh bis yg sebenarnya berbeda, bagi mereka plat nomor lah satu sesuatu yg membedakan antara bis satu dengan yg lain. Seandainya livery bis dibuat bervariasi layaknya Nusantara, Haryanto, Shantika, atau Muji Jaya, mungkin itu bisa membantu penumpang dalam menemukan bisnya, namun jika liverinya dibuat sama seperti halnya Gunung Mulia ini ada baiknya managemen PO memberi sebuah nomor lambung di badan tubuh bis. Meskipun sama halnya dengan plat nomor, akan tetapi nomor lambung akan terlihat lebih jelas dan lebih mudah dikenali. Rosalia Indah, Laju Prima, Sinar Jaya telah menerapkan nomor lambung itu di badan bis, jadi gak ada salahnya Gunung Mulia mengikuti jejak mereka. Tak lain, demi kemudahan dan kenyamanan penumpangnya lah dasarnya, semoga saja lekas menjadi perhatian managemen PO Gunung Mulia.

2 January 2011

Gunung Mulia feat Laksana

Layaknya sebuah ponsel yg tak bisa berfungsi tanpa adanya kartu selular, atau sebuah sikat gigi yg baru bisa dimanfaatkan setelah adanya pasta. Yup, begitulah hubungan mutualisme suatu benda, satu jenis benda tak bisa lepas dari satu jenis benda lain.
Begitupun sebuah bis yg tak bisa lepas dari yg namanya karoseri. Mutualisme seperti ini ada kalanya dijadikan ajang merangkul mitra antar perusahaan produsen benda itu sendiri, semisal HP Nokia dijual sepaket dengan kartu simPATI, maka di dalamnya telah terjalin kerjasama antara Perusahaan Nokia dan Telkomsel. Kembali ke pokok bahasan, Perusahaan bis pun demikian, dari sekian banyaknya PO di Negeri ini, ada di antara mereka yg menjalin hubungan mutualisme yg tentunya dengan perusahaan karoseri. So, armada yg dimiliki sebuah PO kesemuanya hasil karya satu karoseri saja. Example, Nusantara (Kudus) yg kesemua armadanya baik reguler, divisi parwis, maupun cyberbus nya dipercayakan kepada karoseri Adiputro (Malang), lalu Ramayana (Muntilan) menyerahkan semua armadanya digarap oleh karoseri Morodadi Prima (Malang), kemudian Maju Lancar (Wonosari) kebanyakan armadanya dibangun oleh Tri Sakti (Magelang), ada lagi Armada Jaya Perkasa (Banten) setia pada New Armada (Magelang), dan Sumber Alam (Kuthoarjo), Sahabat (Cirebon), serta Gunung Mulia (Sukoharjo) merupakan PO yg bermitra dengan Laksana (Semarang). Entah, apa alasan mereka para PO tersebut berpartner dengan satu perusahaan karoseri, mungkin karena karya dari karoseri yg punya nilai kuaitas yg tinggi, atau lantaran harganya yg miring.
Nah, di sini yg menarik buat saya adalah kemitraan PO Gunung Mulia dengan sang partner Laksana. Saya melihat PO yg berkantor pusat di Sukoharjo ini memiliki koleksi armada made in Laksana yg begitu lengkap. Dari Generasi Panorama, baik Panorama 1, Panorama 2, dan Panorama DX yg memuat desain sporti , maupun panorama 3 yg terhias sebuah selendang di bagian samping depan badan bis.
Panorama 3
Panorama 3
Panorama DX
Dari keempat varian Panorama ini, saya lihat Panorama DX lah yg paling digandrungi Gunung Mulia, terlihat bis bumel Solo-Purwantoro nya saat itu didominasi armada dengan balutan costum ala Panorama DX. Setelah itu sedang maraknya body setra selendang yg ditelurkan oleh Adiputro, dan Laksana pun turut muluncurkan body tersebut dengan tag Comfort, Gunung Mulia pun tak mau ketilapan memilikinya dengan khas orange untuk warna selendangnya. Kemudian body minimalis dengan nama Sprinter dilaunchingkan oleh Laksana, Gunung Mulia pun segera menebusnya. Menurut kabar, di samping Sprinter Laksana juga membuat body limited edition yg bertajuk Colombus, entah apa yg menjadi perbedaan antara dua nama yg sebenarnya secara kasat mata terlihat kembar itu. Namun lantaran Colombus oleh Laksana tidaklah diproduksi secara masal layaknya Sprinter, Gunung Mulia pun harus pasrah dengan Laksana yg memberikan Colombusnya tersebut kepada Sindoro Satriamas. Tak jua berhenti sampai di situ, di tengah gemparnya karoseri berlomba berkreasi menghasilkan desain bis yg diminati para operator PO, Laksana pun mengeluarkan Proteus.
Proteus
Dan tentu sebagai mitra Laksana, Gunung Mulia pun tak mau belama-lama untuk mengoleksi produk baru Laksana itu, konon kabarnya Gunung Mulia mendapatkan satu unit body Proteus yg diberikan oleh pihak Laksana secara gratis sebagai bonus pembelian 10 unit Proteus. Lepas dari Proteus namun tak lepas dari desain minimalis, Nucleus 3 selanjutnya dirancang oleh Laksana, pada saat itu armada yg digunakan Gunung Mulia untuk angkutan mudik 2009 kebanyakan mengusung body Nucleus 3 yg baru keluar dari karoseri Laksana. Serta saat ini terlihat Nucleus 3 menggatikan Panorama DXnya Gunung Mulia yg bermain di jalur bumel. Beralih dari kesan minimalis, kali ini Laksana menciptakan body dengan desain selendang sudut lengkung yg dilabel dengan nama Legacy, body yg dalam bahasa indonesia berarti Warisan ini awalnya digunakan Gunung Mulia untuk kelas eksekutif saja, namun saat ini juga untuk melayani kelas VIP. Belum puas dengan desain pertamanya, Laksana pun kembali mengeluarkan Legacy keduanya, kali ini dinamai Legacy Sky SR-1, saat ini Gunung Mulia baru memakainya untuk divisi pariwisata saja, selanjutnya mungkin juga akan digunakan untuk divisi reguler, tinggal menunggu waktu saja. Tak lama dengan kemunculan Legacy Sky, saat itu Laksana juga membangun varian Proteus anyar dengan pembaharuan nama New Proteus. Namun sampai saat ini saya belum melihat varian ini dipakai oleh Gunung Mulia.
Yups, itulah hubungan antara karoseri Laksana dan PO Gunung Mulia, dulu memang Gunung Mulia sempat meggunakan body dari Tri Sakti juga, namun sejak armada kelas Non AC nya ditiadakan, balutan baju by Tri Sakti pun ikut tak terlihat di kubu Gunung Mulia.
Namun di balik kesetiaan Gunung Mulia pada Laksana, ada sesuatu yg gak pernah terpikirkan oleh saya. What? Seperti yg kita ketahui dan bismania akui, jikalau di kancah perbisan Indonesia saat ini sedang hangatnya body New Travego. Ya, body kelahiran pabrikan Jerman Mercedez-Benz ini tengah menjamur layaknya fenomena tren, di Indonesia sendiri Adiputro lah yg menelurkan body ini atas lisensi dari langsung dari Mercy. Namun di samping Adiputro, banyak juga karoseri laen yg turut membangun body ini, seperti Morodadi Prima, Trijaya Union, Tri Sakti, New Armada, Tentrem, bahkan Rahayu Santosa. Tak berbeda dengan karoseri yg kepengen membuilt New Travego, di kubu PO pun kepincut memilikinya. Ada yg memesan ke Adiputro, namun karena garapan adiputro merupakan karya yg standarisasi jadi harganya yg gak mo dinegosiasi maka ada juga yg memesan ke lain karoseri, bahkan gak sedikit yg hanya merenovasi armadanya dengan niat model New Travego akan tetapi hanya berhasil mirip saja. Mengingat sebelum varian New Travego ini hadir, telah ada terlebih dulu sang kakaknya yg bernama Travego saja, dari sisi sportinya memang terlihat mirip tapi tak serupa maka untuk merenovasi menjadi New Travego para PO tinggal menambahkan apa yg menjadi kekurangan Travego akan kelebihan versi New nya. Nah kembali ke Gunung Mulia, tak lain halnya dengan mereka PO yg kepincut dengan New Travego, lhah padahal Laksana sendiri tak pernah membuatnya. Lalu gimana ya Gunung Mulia memilikinya? Begini jalan ceritanya, dulu sewaktu Adiputro meracik Travego, memang Laksana juga membuatnya dengan tag Panorama 2, nah sampai disini sudah ada sedikit gambaran kan? Jadi Gunung Mulia itu merenovasi Panorama 2 nya menjadi layaknya New Travego. Pertama tama dengan cara menambahkan panggul yg menjadi satu titik khas sebuah New Travego di bagian samping atas badan bis, lalu mencomot mata depannya dan menggantinya dengan lampu New Marcopolo khas Adiputro, terakhir mengganti stoplamp nya juga dengan New Marcopolo. Namun bagaimana dengan hasilnya? Saya rasa tidaklah sempurna. Yups, terkesan seperti PO kecil yg terbiasa merenovasi armadanya menjadi New Travego, apalagi Gunung Mulia juga telah loyal terhadap Laksana, serasa tidaklah tepat melakukannya itu semua itu. Awalnya saya juga gak percaya waktu ada temen yg bilang bahwasanya Gunung Mulia sedang membangun body New Travego, rasanya mustahil gitu loh buat saya, tapi rasa itu mau gak mau harus lenyap dari anggapan saya setelah saya melihat langsung bis itu di pintu tol Dukuh untuk yg pertama kali dan semakin dikuatkan dengan bukti penglihatan saya yg kedua di poolnya Sukoharjo.
Yups, ada apa dengan Gunung Mulia??? Tentu hanya managemennya yg tau, mungkinkah Gunung Mulia juga tertarik akan kegagahan New Travego di belakang keakrabannya dengan Karoseri Ungaran Semarang itu, atau memang sengaja membuat kejutan bagi customernya? Yg jelas menurut saya kesetiaan Gunung Mulia kepada Laksana merupakan suatu sisi lebih, so buat saya lebih menarik Gunung Mulia melengkapi koleksi armada made in Laksana daripada membuilt New Travego. Yaah, namun apa boleh buat, semua itu sudahlah kehendak sang pemilik, kita hanya bisa berharap saja, mudah madahan ini menjadi yg pertama dan terakhir pada Gunung Mulia.