Setelah sebelumnya saya mempublikasikan entri Gunung Mulia feat Laksana, kali ini saya masih pengen mengulas tentang Gunung Mulia, namun di postingan kali ini tidak lagi membahas masalah duel antara Gunung Mulia dan Laksana akan tetapi yg ingin saya bahas melainkan managemen dari Gunung Mulia sendiri.
Ya, seperti yg orang orang bilang dan saya akui, kelebihan dari Gunung Mulia di jalanan Wonogiri itu karena beberapa alasan berikut....
Karena armadanya yg terbilang terawat jadi menarik minat para calon penumpang, lalu dengan armada yg bagus itu Gunung Mulia tidak juga membandrol harga tiket yg tinggi, apalagi dengan harga tiket yg lumayan efisien itu penumpang mendapatkan fasilitas 1x paket makan prasmanan di RM.Sari Rasa Wleri sewaktu keberangkatan ke Jakarta dan di RM.Markoni Indramayu sewaktu arah balik dari jakarta, selain itu managemen Gunung Mulia pun juga memberikan Welcome Snack pada penumpangnya, apalagi dengan fitur armada yg berkelas VIP/Bisnis AC yg menyediakan bantal dan selimut, dan juga rute yg menyebar sehingga penumpangnya diantar ke tempat tujuan akhir. Dengan beberapa alasan yg merupakan suatu poin lebih itulah sehingga bis berlivery putih grafis ini banyak dilirik calon penumpang termasuk saya sendiri.
Walaupun sebetulnya bis ini juga masih ngompreng, namun keseringan bis ini telah penuh terisi penumpang dari agen resminya jadi gak terlalu banyak berhenti membujuk calon penumpang. Dengan dorongan chasis mesin Hino dan Mercedez-Benz, bis ini sesekali berhenti di kantor pusatnya Sukoharjo untuk dilakukan kontrol harga tiket dan tujuan, transit antar bis, serta pembagian snack, lalu berangkatlah bis dari garasi mampir di setiap terminal dan agen yg dilewati dan sekital pukul 19.30 masuk ke RM.Sari Rasa untuk berhenti makan malam. Kupon makan prasmanan yg dibendel dengan tiket bisa ditukar dengan 1x paket makan di tempat pelayanan prasmanan khusus Gunung Mulia, bisa juga paket makan diambil berupa nasi kotak untuk mereka penumpang yg enggan beranjak dari seat 2-2 nya. Dari pengalaman saya yg membuat saya merasa terkesan kagum adalah suatu ketika itu sang Cheker yg tengah melakukan kontrol tiket di RM.Markoni (maklum, jika dari Jakarta pengontrolan tiketnya adalah di RM.Markoni) mendapati beberapa penumpang yg tidak menukarkan kupon sevis makannya, lalu dengan nada ramah tamahnya sang Cheker memberi arahan dan saran kepada penumpang itu, beginilah kira-kira ucapan Cheker kala itu "Wah mbak, ini tadi kupon makannya kok gak dipakai, kupon ini seharusnya ditukar dengan servis makan di situ mbak (sambil tangannya menunjukkan tempat servis makan di RM.Markoni), apa mau dibungkus aja mbak makannya, biar dibungkusin dulu sama kru kami?", lalu sebenarnya penumpang tersebut enggan untuk mengiyai tawaran Cheker tersebut namun Cheker itu tetap saja memberi aba aba pada sang Driver untuk menunggu dulu, dan tidak lama ada seorang yg membawakan nasi kotak untuk penumpang itu. Sungguh saya merasa kagum akan keramahan dan kepedulian sang Cheker kepada penumpang.
Saya rasa spekulasi Managemen PO Gunung Mulia lumayan bagus, semua krunya selalu mengenakan seragam perusahaan dan selalu bersikap ramah tamah kepada penumpangnya, armadanya yg selalu terawat dengan baik, serta harga tiket yg distandarkan.
Hanya saja terkadang saya menemukan sebuah fenomena dan sayapun lagi-lagi juga pernah mengalaminya sendiri. Waktu itu sedang waktunya bis berhenti untuk yg kedua kalinya, tepatnya di RM.Sari Rasa, begitu pak sopir mengunci handremnya saya pun turut beranjak dari kursi nomor 25 untuk turun dari bis, setelah saya berhasil melewati pintu keluar bis, saya melihat ada 3 unit armada Gunung Mulia yg ada disitu, satu armada bertubuh Proteus, satu lagi Panorama 2, dan satunya lagi adalah yg saya tumpangi itu berbentuk Panorama DX.
Tak lama saya melihatnya lalu saya melangkahkan kaki menuju toilet, sesudahnya dari toilet niat di benak saya ingin segera memesan segelas kopi dan menikmatinya sambil melihat kedatangan bis bis disitu, namun urung niat itu kesampean ingatan saya tertuju pada sebungkus rokok yg tertinggal di tas, secepatnya saya menginjakkan kaki ke dalam bis lagi, namun justru seperti orang bingung saja saya di dalam bis, masih jelas di ingatan saya bahwa nomor kursi saya tadi adalah 25, namun kok saya tidak menemukan tas saya disitu, saya gak berpikir apa apa atau berburuk sangka akan tas saya namun saya memutuskan untuk keluar dari bis dengan sedikit keraguan kalau saya salah masuk bis, akan tetapi bis yg saya masuki ini juga berbentuk Panorama DX seperti sebelumnya tadi, "masa sih salah,,," itu keraguan yg ada di pikiran saya. Setelah sampai di luar, sungguh saya malu dengan diri sendiri, ternyata benar saya salah masuk bis. Mungkin sewaktu saya sedang di kamar kecil itu, ada sebuah bis lagi yg datang dg body yg sama Panorama DX, tapi siapa juga yg menyangka lha wong bisnya aja sama persis gitu, gak ada perbedaan setitikpun selain 1 digit angka terakhir dalam plat nomor, apalagi tadi juga cuma ada sebuah Panorama DX, jadi ya saya pikir itulah bis saya. Kejadian semacam itu juga tidak jarang saya lihat pada penumpang yg hendak masuk kembali ke bis sewaktu di rumah makan, kebanyakan mereka harus melihat angka plat nomor yg ada di tiket yg di bawa dengan plat nomor yg ada di bis, seandainya dalam waktu yg bersamaan bis yg ada di rumah makan mencapai 10 bis lebih maka akan semakin sulit penumpang menemukan bisnya karena mesti melihat nopol bis satu persatu. Pasalnya liveri armada bis Gunung Mulia semua sama persis, putih bergaris orange coklat dan hitam, apalagi kelas bis yg kebanyakan distandarkan VIP saja, jadi cukuplah sulit bagi sebagian penumpang yg kurang paham akan lekuk tubuh bis yg sebenarnya berbeda, bagi mereka plat nomor lah satu sesuatu yg membedakan antara bis satu dengan yg lain. Seandainya livery bis dibuat bervariasi layaknya Nusantara, Haryanto, Shantika, atau Muji Jaya, mungkin itu bisa membantu penumpang dalam menemukan bisnya, namun jika liverinya dibuat sama seperti halnya Gunung Mulia ini ada baiknya managemen PO memberi sebuah nomor lambung di badan tubuh bis. Meskipun sama halnya dengan plat nomor, akan tetapi nomor lambung akan terlihat lebih jelas dan lebih mudah dikenali. Rosalia Indah, Laju Prima, Sinar Jaya telah menerapkan nomor lambung itu di badan bis, jadi gak ada salahnya Gunung Mulia mengikuti jejak mereka. Tak lain, demi kemudahan dan kenyamanan penumpangnya lah dasarnya, semoga saja lekas menjadi perhatian managemen PO Gunung Mulia.
Tak lama saya melihatnya lalu saya melangkahkan kaki menuju toilet, sesudahnya dari toilet niat di benak saya ingin segera memesan segelas kopi dan menikmatinya sambil melihat kedatangan bis bis disitu, namun urung niat itu kesampean ingatan saya tertuju pada sebungkus rokok yg tertinggal di tas, secepatnya saya menginjakkan kaki ke dalam bis lagi, namun justru seperti orang bingung saja saya di dalam bis, masih jelas di ingatan saya bahwa nomor kursi saya tadi adalah 25, namun kok saya tidak menemukan tas saya disitu, saya gak berpikir apa apa atau berburuk sangka akan tas saya namun saya memutuskan untuk keluar dari bis dengan sedikit keraguan kalau saya salah masuk bis, akan tetapi bis yg saya masuki ini juga berbentuk Panorama DX seperti sebelumnya tadi, "masa sih salah,,," itu keraguan yg ada di pikiran saya. Setelah sampai di luar, sungguh saya malu dengan diri sendiri, ternyata benar saya salah masuk bis. Mungkin sewaktu saya sedang di kamar kecil itu, ada sebuah bis lagi yg datang dg body yg sama Panorama DX, tapi siapa juga yg menyangka lha wong bisnya aja sama persis gitu, gak ada perbedaan setitikpun selain 1 digit angka terakhir dalam plat nomor, apalagi tadi juga cuma ada sebuah Panorama DX, jadi ya saya pikir itulah bis saya. Kejadian semacam itu juga tidak jarang saya lihat pada penumpang yg hendak masuk kembali ke bis sewaktu di rumah makan, kebanyakan mereka harus melihat angka plat nomor yg ada di tiket yg di bawa dengan plat nomor yg ada di bis, seandainya dalam waktu yg bersamaan bis yg ada di rumah makan mencapai 10 bis lebih maka akan semakin sulit penumpang menemukan bisnya karena mesti melihat nopol bis satu persatu. Pasalnya liveri armada bis Gunung Mulia semua sama persis, putih bergaris orange coklat dan hitam, apalagi kelas bis yg kebanyakan distandarkan VIP saja, jadi cukuplah sulit bagi sebagian penumpang yg kurang paham akan lekuk tubuh bis yg sebenarnya berbeda, bagi mereka plat nomor lah satu sesuatu yg membedakan antara bis satu dengan yg lain. Seandainya livery bis dibuat bervariasi layaknya Nusantara, Haryanto, Shantika, atau Muji Jaya, mungkin itu bisa membantu penumpang dalam menemukan bisnya, namun jika liverinya dibuat sama seperti halnya Gunung Mulia ini ada baiknya managemen PO memberi sebuah nomor lambung di badan tubuh bis. Meskipun sama halnya dengan plat nomor, akan tetapi nomor lambung akan terlihat lebih jelas dan lebih mudah dikenali. Rosalia Indah, Laju Prima, Sinar Jaya telah menerapkan nomor lambung itu di badan bis, jadi gak ada salahnya Gunung Mulia mengikuti jejak mereka. Tak lain, demi kemudahan dan kenyamanan penumpangnya lah dasarnya, semoga saja lekas menjadi perhatian managemen PO Gunung Mulia.