Tubuh tengah terbaring, mata pun masih terpejam dari
pandangan nyata, ku dengar riam riam ada suara yg membuatku terbangun setengah
sadar. Oh iya, rupanya pagi ini Ibu dan Adikku tiba di Jakarta, dan suara yg ku
perhatikan itu tak lain adalah suara mereka beserta Pakde'ku yg berperan
sebagai navigator pada kedua family ku, maklum ini adalah kunjungan perdana
adik perempuanku menyambangi Ibukota, sedangkan ibu'ku sendiri terakhir ke sini
sekitar 10 tahun silam ketika mendampingiku mengisi liburan sekolah kelas 2 SD
dulu.
Segera ku bangun nyawa ini penuh semangat untuk menunda jalannya alur kehidupan dalam indahnya pesona mimpi, ku beranjak keluar dari kamar tidurku untuk secepatnya menyambut ketiga tamu spesialku itu.
"Yahmenten kok mpun dugi dhe (jam segini sudah tiba dhe)?" tanyaku pada pakde Sukirmanto. Tepat kemarin siang, ada sebuah pesan singkat yg dilayangkan oleh anaknya kepadaku, menanyakan tentang nomor HP agen jalan Gunung Mulia jurusan Bogor (Pak Bagong), maka sudah menjadi sebuah kepastian jikalau kedatangan mereka bertiga di sini adalah lewat bantuan armada PO Gunung Mulia.
Hanya saja aku sendiri belum pernah naik Gunung Mulia lantas tiba sepagi ini, tak salah jika aku langsung mengajukan tanya seperti itu pada pakde'ku yg akrab disapa "pak kancil" itu.
"Lhah, iki mau ndadak kebandang teko Pal kok le (ini tadi kebablasan sampe Pal)..." jawabnya.
"Lha pripun dhe, nopo lali mpun dangu mboten mriki (emang bagaimana, apa lupa sudah lama gak kesini)...?" tanya lanjutanku.
"Aku keturon, ning sakdurunge aku wes ngomong karo pengawale, yen aku ngko mudun Lampu Merah Cibubur... Lha kok bis'e wes liwat barang aku ora digugah, tangi tangi malah bis'e wes mlaku teko Pal... Tak unen unen'i pengawale, tuno leh nggugahi aku pas neng Karawang mau, tekok mudun ngendi, disauri mudun Lampu Merah Cibubur kok malah dibablasne ngasi teko Pal... (aku ketiduran, tapi sebelumnya aku sudah bilang sama pengawalnya kalau turun di Lampu Merah Cibubur, lha kok bis'nya udah lewat juga aku gak dibangunkan... Aku marahin pengawalnya, percuma aja bangunin aku sampai Karawang tadi, tanya turun dimana, dijawab turun Lampu Merah Cibubur kok malah dibablasin sampai Pal)...!"
Hahaha, Pakde Kancil... Bikin lelucon aja, soal kebablasan mah sudah menjadi fenomena yg wajar, namun faktor penyebab kebablasan yg dialami Pakde'ku yg berambut gondrong ini bisa melahirkan cerita yg lucu. Jawaban darinya saat ditanyai pengawal yg berbunyi "Lampu Merah Cibubur" itu lah yg menjadi biang keroknya, tanya kenapa??? Pasalnya, saat bis melintasi Lampu Lalu Lintas Cibubur, pada moment itu lampu yg sedang menyala adalah lampu hijau, bukan lampu merah, jelas saja bis pun tidak berhenti disitu untuk menurunkan Pakde'ku beserta rombongannya, lha wong beliau bilang sama pengawalnya kan turun di Lampu Merah Cibubur, bukan Lampu Hijau Cibubur.
Hehehe, ada ada saja... Ini cerita dari pengalaman nyata, namun soal alasan kebablasannya hanyalah sekedar bercandaan saja, penyebab yg sesungguhnya dari tragedi ini adalah tentu saja oleh Pakde Sukirmanto sendiri yg tengah terlelap tidur sehingga tidak tau bahwa bis telah sampai tujuaanya, dan sebagian lagi mungkin karena kelalaian sang pengawal yg lupa akan tujuan masing masing penumpang, bukan sengaja untuk tidak menyuruh sopirnya berhenti karena tidak menemui "Lampu Merah Cibubur" tadi.
Segera ku bangun nyawa ini penuh semangat untuk menunda jalannya alur kehidupan dalam indahnya pesona mimpi, ku beranjak keluar dari kamar tidurku untuk secepatnya menyambut ketiga tamu spesialku itu.
"Yahmenten kok mpun dugi dhe (jam segini sudah tiba dhe)?" tanyaku pada pakde Sukirmanto. Tepat kemarin siang, ada sebuah pesan singkat yg dilayangkan oleh anaknya kepadaku, menanyakan tentang nomor HP agen jalan Gunung Mulia jurusan Bogor (Pak Bagong), maka sudah menjadi sebuah kepastian jikalau kedatangan mereka bertiga di sini adalah lewat bantuan armada PO Gunung Mulia.
Hanya saja aku sendiri belum pernah naik Gunung Mulia lantas tiba sepagi ini, tak salah jika aku langsung mengajukan tanya seperti itu pada pakde'ku yg akrab disapa "pak kancil" itu.
"Lhah, iki mau ndadak kebandang teko Pal kok le (ini tadi kebablasan sampe Pal)..." jawabnya.
"Lha pripun dhe, nopo lali mpun dangu mboten mriki (emang bagaimana, apa lupa sudah lama gak kesini)...?" tanya lanjutanku.
"Aku keturon, ning sakdurunge aku wes ngomong karo pengawale, yen aku ngko mudun Lampu Merah Cibubur... Lha kok bis'e wes liwat barang aku ora digugah, tangi tangi malah bis'e wes mlaku teko Pal... Tak unen unen'i pengawale, tuno leh nggugahi aku pas neng Karawang mau, tekok mudun ngendi, disauri mudun Lampu Merah Cibubur kok malah dibablasne ngasi teko Pal... (aku ketiduran, tapi sebelumnya aku sudah bilang sama pengawalnya kalau turun di Lampu Merah Cibubur, lha kok bis'nya udah lewat juga aku gak dibangunkan... Aku marahin pengawalnya, percuma aja bangunin aku sampai Karawang tadi, tanya turun dimana, dijawab turun Lampu Merah Cibubur kok malah dibablasin sampai Pal)...!"
Hahaha, Pakde Kancil... Bikin lelucon aja, soal kebablasan mah sudah menjadi fenomena yg wajar, namun faktor penyebab kebablasan yg dialami Pakde'ku yg berambut gondrong ini bisa melahirkan cerita yg lucu. Jawaban darinya saat ditanyai pengawal yg berbunyi "Lampu Merah Cibubur" itu lah yg menjadi biang keroknya, tanya kenapa??? Pasalnya, saat bis melintasi Lampu Lalu Lintas Cibubur, pada moment itu lampu yg sedang menyala adalah lampu hijau, bukan lampu merah, jelas saja bis pun tidak berhenti disitu untuk menurunkan Pakde'ku beserta rombongannya, lha wong beliau bilang sama pengawalnya kan turun di Lampu Merah Cibubur, bukan Lampu Hijau Cibubur.
Hehehe, ada ada saja... Ini cerita dari pengalaman nyata, namun soal alasan kebablasannya hanyalah sekedar bercandaan saja, penyebab yg sesungguhnya dari tragedi ini adalah tentu saja oleh Pakde Sukirmanto sendiri yg tengah terlelap tidur sehingga tidak tau bahwa bis telah sampai tujuaanya, dan sebagian lagi mungkin karena kelalaian sang pengawal yg lupa akan tujuan masing masing penumpang, bukan sengaja untuk tidak menyuruh sopirnya berhenti karena tidak menemui "Lampu Merah Cibubur" tadi.