Sawah, kebun, sungai, bukit, dan belantara lainnya sudah
menjadi pemandangan biasa di Wonogiri. Tak salah memang, mendengar nama
daerahnya saja, tidaklah tabu bahwa tekstur
alamnya belum beranjak dari hutan (wono) dan gunung (giri).
Ombak di pantai ini tidaklah begitu besar, cocok untuk kita yg berkehendak berenang di pantai, namun karena banyak batu karang yg tumbuh di sini, sehingga harus sedikit hati hati agar tidak menyasar pada telapak kaki.
Urusan konsumsi tak perlu khawatir, karena telah tersedia berbagai jajanan yg dijual di sini.
Sayang, saat itu cuaca tidak mendukung, tak ada sorot mentari sedikitpun, membuat pesona pantai ini tidak dikelabuti oleh birunya langit, bahkan grimis pun sempat beberapa kali menghujam.
Namun sekiranya tak menyurutkan bahagia, bisa berkunjung, melihat hamparan samudera luas, dan berbaur dengan ombak yg datang, sekaligus mencicipi keindahan sisi lain panorama alam Wonogiri.
Dengan kondisi alam seperti itu, dulu masyarakatnya harus menuju daerah lain
untuk sekedar berwisata ke sebuah pantai. Teleng
Ria yg berada di Pacitan dan Parang
Tritis di Yogyakarta merupakan objek alternatifnya. Baru baru ini, tersirat
kabar di dumay, bahwa ternyata ada
sebuah pantai di Kabupaten yg dipimpin H.Danar
Rahmanto itu, ya pantai Nampu, yg terletak di wilayah
pesisir selatan, tepatnya di kecamatan Paranggupito.
Baru ngeh juga kalau ternyata wilayah kota gaplek juga berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, rupanya aku masih begitu awam menjiwai tentang tlatah asli panggonan'ku, ya mungkin begini lah imbas sebuah daerah kecil yg terpelosok, jauh dari keramaian sehingga jauh pula dari pandangan mata untuk mengenalinya. Berbeda dengan liku liku ibukota, dimana semua orang tau tentang setiap sudutnya, eh biarpun begitu, bagiku ya tetap kampungku lah surgaku...
Baru ngeh juga kalau ternyata wilayah kota gaplek juga berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, rupanya aku masih begitu awam menjiwai tentang tlatah asli panggonan'ku, ya mungkin begini lah imbas sebuah daerah kecil yg terpelosok, jauh dari keramaian sehingga jauh pula dari pandangan mata untuk mengenalinya. Berbeda dengan liku liku ibukota, dimana semua orang tau tentang setiap sudutnya, eh biarpun begitu, bagiku ya tetap kampungku lah surgaku...
Menyikapi hal itu, rasanya jadi kesemsem dengan pantai Nampu, bisa menikmati sebuah
potensi yg dimiliki ranah lahirku,
tentu sebuah nilai plus sebuah
wisata. Tanpa ragu, tujuah liburan tahun baru 2014 ini adalah ke pantai
Nampu.
Perjalanan di mulai dari Purwantoro menuju Ngadirojo, dari sana mengarah ke jalan menuju Baturetno. Dari pasar Baturetno perjalanan masih berlanjut hingga ke persimpangan Giriwoyo, selanjutnya ke arah kanan melewati Jalan Raya Baturetno-Pracimantoro, keadaan jalan di sini lumayan lebar, namun keadaannya mulai berlubang, mungkin dikarenakan kondisi lalu lalang kendaraannya yg sepi sehingga masih enggan untuk dilakukan perbaikan.
Berujung di perempatan Giribelah, dimana di titik inilah ruas jalan dari Batu dan Praci dipertemukan, mungkin ini pula yg melatar belakangi jalan raya dari Batu sepi, karena banyak wisatawan yg berasal dari arah barat sehingga lebih memilih untuk mencapai lokasi ini dari Praci.
Di sini, jika dari arah Batu maka mengambil ruas jalan yg lurus sebagai akses menuju kecamatan Paranggupito. Dengan ukuran jalan yg hanya pas-pas'an saja untuk dilalui dua mobil secara berjajar, serta kontur yg menanjak dan menikung dengan nuansa pohon jati di tepi kanan dan kiri, mengkondisikan kenaturalan sebuah daerah kecil di dalamnya. Semakin ke dalam jalan kian menciut serta berlubang, tikungan dan tanjakannya pun makin menguji adrenalin, bahkan ada beberapa di antaranya yg memangkas jarak pandang, dengan keadaan jurang dan bukit di sisi kanan kiri, memaksa salah satu harus berhenti manakala berpapasan dengan sesama mobil.
Karena ini merupakan ekspedisi pertama, rasa was was akan salah jalan selalu ada, akhirnya arahan dari warga yg kami tanyai bisa menjadikan kompas perjalanan ini. Tak perlu sungkan bertanya, kehadiran wisatawan di sini terlihat disambut baik oleh warga asli, itu terbukti dengan simpatinya dalam memberikan petunjuk saat kami berhenti bertanya, bahkan sepertinya mereka tau terlebih dulu tentang apa tujuan kami, yaitu bertanya tentang keberadaan pantai Nampu, seolah kebahagiaannya turut terukir tatkala banyak orang berdatangan untuk meramaikan potensi yg terkandung di daerahnya.
Sampai di kantor balai desa Gunturharjo, terdapat sebuah pertigaan lagi, untuk ke pantai Nampu yg ke arah kanan dengan jarak 9km, sedangkan yg ke kiri adalah menuju pantai sembukan.
Medan perbukitan yg berkelok naik turun menumbuhkan rasa deg-deg'an, serasa betapa panjangnya jalan untuk menuju surga yg bersembunyi di balik sana, namun ini hanyalah bagai petuah 'berakit rakit ke hulu berenang renang ke tepian' karena sesampainya di lokasi pantai, niscaya segala ceria bakal meluluhkan perasaan gundah itu.
Tarif masuk untuk mobil addalah 4000 rupiah dan untuk motor 2000 rupiah, serta tarif masuk per orang sebesar 1000 rupiah, ditambah biaya sewa parkir senilai 4000 rupiah untuk mobil dan 2000 rupiah untuk motor. Karena saat itu persediaan lahan parkir untuk mobil telah penuh, maka terpaksa mobil pun hanya terparkir di tepi jalan tak jauh dari lokasi.
Untuk mecapai bibir pantai, di Nampu ini harus menyusuri anak tangga terlebih dulu, baru kita akan disambut oleh hamparan pasir dan air laut.
Perjalanan di mulai dari Purwantoro menuju Ngadirojo, dari sana mengarah ke jalan menuju Baturetno. Dari pasar Baturetno perjalanan masih berlanjut hingga ke persimpangan Giriwoyo, selanjutnya ke arah kanan melewati Jalan Raya Baturetno-Pracimantoro, keadaan jalan di sini lumayan lebar, namun keadaannya mulai berlubang, mungkin dikarenakan kondisi lalu lalang kendaraannya yg sepi sehingga masih enggan untuk dilakukan perbaikan.
Berujung di perempatan Giribelah, dimana di titik inilah ruas jalan dari Batu dan Praci dipertemukan, mungkin ini pula yg melatar belakangi jalan raya dari Batu sepi, karena banyak wisatawan yg berasal dari arah barat sehingga lebih memilih untuk mencapai lokasi ini dari Praci.
Di sini, jika dari arah Batu maka mengambil ruas jalan yg lurus sebagai akses menuju kecamatan Paranggupito. Dengan ukuran jalan yg hanya pas-pas'an saja untuk dilalui dua mobil secara berjajar, serta kontur yg menanjak dan menikung dengan nuansa pohon jati di tepi kanan dan kiri, mengkondisikan kenaturalan sebuah daerah kecil di dalamnya. Semakin ke dalam jalan kian menciut serta berlubang, tikungan dan tanjakannya pun makin menguji adrenalin, bahkan ada beberapa di antaranya yg memangkas jarak pandang, dengan keadaan jurang dan bukit di sisi kanan kiri, memaksa salah satu harus berhenti manakala berpapasan dengan sesama mobil.
Karena ini merupakan ekspedisi pertama, rasa was was akan salah jalan selalu ada, akhirnya arahan dari warga yg kami tanyai bisa menjadikan kompas perjalanan ini. Tak perlu sungkan bertanya, kehadiran wisatawan di sini terlihat disambut baik oleh warga asli, itu terbukti dengan simpatinya dalam memberikan petunjuk saat kami berhenti bertanya, bahkan sepertinya mereka tau terlebih dulu tentang apa tujuan kami, yaitu bertanya tentang keberadaan pantai Nampu, seolah kebahagiaannya turut terukir tatkala banyak orang berdatangan untuk meramaikan potensi yg terkandung di daerahnya.
Sampai di kantor balai desa Gunturharjo, terdapat sebuah pertigaan lagi, untuk ke pantai Nampu yg ke arah kanan dengan jarak 9km, sedangkan yg ke kiri adalah menuju pantai sembukan.
Medan perbukitan yg berkelok naik turun menumbuhkan rasa deg-deg'an, serasa betapa panjangnya jalan untuk menuju surga yg bersembunyi di balik sana, namun ini hanyalah bagai petuah 'berakit rakit ke hulu berenang renang ke tepian' karena sesampainya di lokasi pantai, niscaya segala ceria bakal meluluhkan perasaan gundah itu.
Tarif masuk untuk mobil addalah 4000 rupiah dan untuk motor 2000 rupiah, serta tarif masuk per orang sebesar 1000 rupiah, ditambah biaya sewa parkir senilai 4000 rupiah untuk mobil dan 2000 rupiah untuk motor. Karena saat itu persediaan lahan parkir untuk mobil telah penuh, maka terpaksa mobil pun hanya terparkir di tepi jalan tak jauh dari lokasi.
Untuk mecapai bibir pantai, di Nampu ini harus menyusuri anak tangga terlebih dulu, baru kita akan disambut oleh hamparan pasir dan air laut.
Ombak di pantai ini tidaklah begitu besar, cocok untuk kita yg berkehendak berenang di pantai, namun karena banyak batu karang yg tumbuh di sini, sehingga harus sedikit hati hati agar tidak menyasar pada telapak kaki.
Urusan konsumsi tak perlu khawatir, karena telah tersedia berbagai jajanan yg dijual di sini.
Sayang, saat itu cuaca tidak mendukung, tak ada sorot mentari sedikitpun, membuat pesona pantai ini tidak dikelabuti oleh birunya langit, bahkan grimis pun sempat beberapa kali menghujam.
Namun sekiranya tak menyurutkan bahagia, bisa berkunjung, melihat hamparan samudera luas, dan berbaur dengan ombak yg datang, sekaligus mencicipi keindahan sisi lain panorama alam Wonogiri.
Nampu,,, It's Nirvana Behind the Hill...