Luang waktu disela sela kesibukanku mengabdikan diri pada rutinitas keluarga kecilku di desa tak ku siakan terbuang ataupun terganti dari kecanduanku mengorek informasi seputar seluk beluk bis yg bakal membawaku kembali berkecimpung di padatnya tanah ibu kota nanti. Dalam ajang kontes hatiku untuk menentukan PO mana yg akan terpilih, saat ini hanyalah ada dua kandidat sebagai calon Jet Daratku besok, antara Laju Prima atau Rosalia Indah Super Executive Class. Memang terkesan tabu, kedua kontestan merupakan dua pribadi yg bisa dikata beda dan jauh dari imbang, lantaran kelas lah yg melahirkan perbedaan ini, LP mengusung VIP Class sedang RosIn yg ku lirik mutlak berkelas Super Executive yg merupakan kelas tertinggi di keluarga PO asli Karanganyar ini, butir butir nilai yg patut ku jadikan alasan mengapa aku meng'absolute'kan diri untuk berkata tidak pada RosIn kelas Executive ke bawah adalah karena keyakinanku yg dipondasi oleh pengalaman dan narasumber di Windows of World bahwasanya empat macam option kelas di bawah Super Executive di RosIn terbilang tidaklah lebih menarik andaikan diadukan dari fitur armada dan fasilitas di dalamnya dengan PO lainnya, maka aku pun enggan buat menoleh ke kelas yg bukan merupakan kelas Top Rank ini.
Dari kabar admin lewat asosiasi LPFC yg digawanginya, tersirat berita bahwa jatah tetap line Depok - Purwantoro yg sedari awal diperkuat oleh jajaran armada karya Adiputro "New Travego / New Marcopolo", kini telah di'alih-posisi'kan menjadi LP-108 yg berselendang Legacy SR-1 ala Laksana menggantikan LP-39 yg berlabel Royal Coach E. Inilah mengapa aku kembali munurunkan PO milik Hiba Utama Group ini menjadi peserta pilihan hatiku menyanding RosIn sebagai satu satunya rival, tak lain ke'semok'an tubuh nona SR-1 yg hingga saat aku menulis blog ini urung kecapaian mencicipinya, ditambah lagi aura ke'empuk'kan performa Suspensi Udara built up chasis Golden Dragon yg menjadi tulang tubuh anggunnya. Pun disamping kemolekan tubuh putih LP-108 ternyata tak jua tertutupi roman Luxury yg ditorehkan RosIn lewat kelas SE'nya, apalagi konon kata para BisMania yg doyan touring lewat CaPer (Catatan Perjalanan) yg pernah ku terjemahkan dalam hati, mengatakan bahwa kubu RosIn seolah lebih memanjakan penumpang yg berangkat dari arah timur (Madiun - Solo) ketimbang yg di jalur Selatan (Jogja via Selatan), sehingga membuatku termakan iming iming akan layanan "Pramugari" dan armada berdapur pacu OH1626 with Built Up AirSus'nya.
Dalam penjurian siapakah juara hatiku nanti, aku tak mau berkeliling 7x sampai pusing, biarlah cara bodoh ini mengatakan padaku siapa yg pas untuk ku tunjuk nanti, tak ubahnya sebuah kocokan arisan atau lemparan dadu, aku hanya berpasrah dalam waktu, bersedia dalam keadaan, jikalau nanti aku berangkat armada LP dari Purwantoro jatah 108 maka aku ikut LP, namun apabila yg jatah saat itu adalah Cres'an-nya yaitu 51 maka bisa dipastikan aku bakal menebus tiket RosIn tanpa sedikitpun goresan ragu dihati.
Niat hati seh check out meninggalkan adem ayem desaku hari Jum'at, menepati hari keberangkatan LP-51 dari Margonda, yg berarti LP-108 lah yg ngetem di terminal Purwantoro nantinya, but dikarenakan rasa persaudaraan yg tak ingin ku korbankan, pasalnya ada seorang saudara yg hendak mem'bareng'i lepasku dari keluarga untuk sekedar mencari penafkahan hidup, dan anehnya sebagai orang yg dikata minta tolong kepadaku supaya bisa diajak berangkat bersama namun menolak kebulatan hatiku dalam menetapkan waktunya. Apa boleh buat, terpaksa lah aku konfirmasi via HP dengan bosku untuk menunda keberangkatan yg telah terencana sebelumnya menjadi keesokan hari dari jadwal sebelumnya, sehingga jika moment ini ku paksakan untuk tetap menyambangi agen LP maka tentu saja LP-51 lah yg ku dapat. Gak mau ingkar akan ketulusan janjiku untuk berpasrah pada keadaan, maka ku putuskan untuk mengurungkan tekadku merangkai kenangan malam bersama Mbak SR-1 lantaran ketiadaan LP-108 di Purwantoro nanti dan beranjak alih ke agency RosIn. Dua buah tiket dengan seat 5B - 5C tertebus dengan tiga lembar uang livery proklamator dan selembar the ocean motif sang pencipta lagu Indonesia Raya serta selembar lagi uang pecahan sepuluh ribuan. Memang sayang seh sebenarnya dapat jatah seat deretan kanan di kelas jenderal ini, selain berformasi dua unit tempat duduk jumlah deretan kursi ke belakang pun lebih unggul satu angka dibandingkan dengan deretan jok di sebelah kiri, so besar kemungkinan jarak seat satu dengan lainnya tak selonggar yg berformasi enam baris seperti deretan di sampingnya.
Mematuhi rekomendasi yg tertera pada tiket, aku pun tiba di agen purwantoro jam 10.30. Seusai proses Check-In selesai, disertakan pula coretan spidol permanen membuat angka 320 yg berarti nantinya armada bernomor lambung itulah yg akan melayaniku. Tak segera jantungku memelan dalam berdenyut, pertanda kegemetaran melanda yg diilhami sebuah rasa penasaran akan armada seperti apakah yg aku dapatkan nanti, langsung saja ku buka lembaran layar gruop Rosalia Indah Mania guna mencari informasi dari sobat RIM yg kiranya megetahuinya. Dari coment para anggota group, banyak yg mengatakan bahwa NL-320 merupakan armada berbody Sprinter Laksana dengan rombakan New Marcopolo pada HeadLamp'nya dan dipakai untuk kelas Executive line Merak - Surabaya. Waduh, tiket yg telah ku kantongi kan bernilai tiket SE, kok imbalannya armada Exe ya, kalau aja mungkin NL tersebut dulunya benar berkelas Exe, berarti aku bakalan terkejutkan dengan gebrakan armada SE bekas kelas di bawahnya neh. Keanehan tak kunjung menjauh dari pikiran ini, seperti apa jadinya nanti jika semua itu berkenyataan, sedang harapanku untuk mencicipi armada kelas teratas sudah tak bisa ditawar lagi sesuai dengan jumlah rupiah yg ku bendakan menjadi lembaran tiket penumpang.
Sejam sesudahnya bis Exe Setra Selendang Adiputro pun tiba, aku dipersilahkan segera masuk oleh penjaga agen. Sejalan dengan take-off'nya bis ber'kode lambung 147 itu dari agen Purwantoro, ku tujukan bola mataku merevolusi bumi interior Royal Coach E itu, terlihat ada beberapa kursi yg hand-rest'nya telah tak terlengkapi dengan pembungkus, hanya menyisakan pemandangan bentuk besi bulat sebagai rangkanya saja, juga kantong barang yg tertempel di belakang jok brand Restindo buatan Grup Rahayu Santosa itu pun tali talinya banyak yg telah lepas dari mula awalnya, serta board bagasi atas yg tak terlihat rapi lagi lantaran ter'variasikan dengan balutan isolatif plastik. Hmmm, layakkah armada rajutan karoseri ternama dari Malang ini masih diposisikan dalam jajaran bis berkelas Runer-Up'nya RosIn?
Sesampaianya di pool Wonogiri, penumpang pemegang tiket Patas AC (Bussines Class Rec Seat 2-2 Non Toilet) dimonggo'kan untuk berpindah ke bis dibelakangnya, sementara penumpang jurusan Lampung dan penumpang transit di poll Kartosuro dimohon untuk tetap berdiam di kabin dengan pendingin udara Thermo King itu. Setibanya di Kartosuro jam menunjuk angka 4 sore, aku beserta penumpang lain yg tak ada niat hendak ke Lampung pun turun dari bis Executive Recomended itu. Keadaan loket dan ruang tunggu nampaknya telah mengalami renovasi dari semula yg aku temui setahun silam, Rosalia Mart pun telah dilengkapkan di dalam area ruang tunggu sebagai sarana penunjang, gak tau apakah toiletnya pun turut ada progress atau tidak, dari yg semula dipatok tarif kebersihan menjadi free for customer. Sekitar sejam menunggu sembari menatap rintik air hujan membasahi kota bagian Sukoharjo Makmur ini, dua unit armada SE dan sebuah SR-1 Exe telah mampir dan mapan menunggu penghuni kursi kursi yg setia dibawanya kemana mana. Petugas agen mulai memanggil satu per satu nama penumpang yg berhak melangkahkan kakinya ke dalam bis yg telah siaga, aku sedikit tak menghiraukannya lantaran kedua armada Super yg masuk kesemuanya tiada yg bernomor 320. Namun dadaku berdetak dengan tiba tibanya saat mendengar ada salah satu penumpang Super Executive jurusan Bogor dipanggil petugas, dalam hati berkata kata penuh tanya apakah ini bisku, secara tujuanku di Pall Depok adalah jalur yg dilintasi bis bis jurusan Bogor, dan jikalau ada penumpang yg dipanggil untuk naek ke bis Super Executif jurusan Bogor, masa seh aku tidak terpanggil, bukannya RosIn SE hanya ada satu unit yg berlabuh di Kota Hujan. Telapak tanganku semakin mendingin dibumbui keringat ringan saking rasa was-was'ku menunggu sebuah panggilan. "Keluarga Dian, 2 orang, dari agen Purwantoro, tujuan Pall Depok, Kelas Super", alangkah terkejutnya aku mendengar panggilan itu, langsung saja ku mengeluarkan jurus langkah seribu untuk mendaftarkan tiketku pada Cheker yg memanggilku itu. Setelah tiketku dilihat dan tertera angka 320 bawaan dari agenku tadi, "377 nggih mas, sanes 320" penjelasannya, ku sahut "O... Nggih pak, niki bise mpun wonten mriki?," dibalasnya "sampun mas, niko ingkang nembe puter wonten mburi, mase ngentosi wonten ngajeng pintu samping mriku mawon", tutur katanya ramah dan halus memberikan pengarahan pada pelanggan, tak seperti apa yg ku dapati setahun yg lalu ketika hendak ke Ciledug dengan Exe NL 297. Sembari aku meniti langkah koridor untuk munuju seat 5B-5C ku, Oh My God, inikah Interior Super Executive RosIn saat ini dengan rajutan elegant body Jetbus ala Morodadi prima itu. Sungguh mengagumkan, seat setebal sofa rumah tinggal bernuansa coklat kemudaan memberikan aroma mewah nan kalem pada kabin bis bintang empat ini, dilengkapi pula sandaran tangan yg telah teraruh sebotol air mineral Utra, benar benar beda dengan yg dulu pernah ku saksikan di rumah makan Sari Rasa saat kala itu hatiku masih cinta mati dengan Gunung Mulia. Syukur'ku akan kekeliruan agen Purwantoro yg memberikan info 320 sebagi NL bisku, karena setengahnya memang inilah niatku mencoba kelas SE, mendapat armada terbaru yg katanya bertenaga Mercedes-Benz 1626 itu. Namun setelah ku kupas info mengenai NL 377 ini di salah satu forum via google, ternyata ini bukanlah salah satu dari 20 armada terbaru milik RosIn yg ber'built-up suspensi udara itu, konon ini adalah rebody saja, sedang jiwanya tetap bernyawa OH 1521 Intercooler. Seiring Jetbus ku take-off dari daratan pool, cuaca pun enggan cerah kembali, tetesan air hujan menimbulkan warna es pada kaca serta waktu yg mulai beranjak meninggalkan senja di weekend ini membuat jarak pandangku menikmati wahana pinggir jalan raya tak lagi jauh dan luas. Normalnya jiwaku, perjalanan ke Jakarta adalah momentum yg paling mudah ku isi dengan rangkaian mimpi, namun hingga kudaku memasuki terminal Boyolali pun tak jua aku bisa memejamkan pandanganku dari alam nyata. Kemacetan jalan di Salatiga menambah aura kejenuhanku, semakin memperpanjang waktu tempuh putaran enam roda armada besar ini. Menginjak aspalan kota Ungaran mendadak film yg gak aku mengerti judul serta ceritanya dalam LCD mati, disusul led biru yg difungsikan sebagai lampu tidur kabin pun padam, jam digital yg terletak di atas layar 21" turut restart ke angka 00:00, entah apa gerangan yg terjadi, tak lama bersamaan dengan tangan driver yg membelokkan lingkar setirnya ke kiri tercium aroma kabel terbakar, mungkin ini penyebab trobel ke'tidak-fungsi'an beberapa fasilitas dalam kabin tersebut. Pramugara pun terdengar berusaha memperbaiki konsleting yg tengah terjadi, tak sampai memakan waktu lima menit akhirnya semua bisa kembali normal, sopir pun kembali mengambil ancang ancang untuk menaklukkan medan jalan Ungaran. Krida pancalan pedal gas sang pilot tak sanggup ku saksikan lantaran dunia dalam mimpi menghilangkan kesadaranku sepanjang lintasan Ungaran - Kendal, jiwaku kembali terjaga sesaat bis parkir di pelataran belakang rumah makan Sari Rasa bersama NL 400 dan NL 320 yg kabar anginnya sempat mengacaukan pikiranku siang tadi. Selepasnya aku turun dari kabin armadaku, aku langsung menuju Toilet untuk sekedar mencuci muka yg lembab karena ke'tidak-cocokan'ku dengan ruangan ber'air-conditioner. Lantas segera saja ku masuki ruangan berkaca yg dikhususkan untuk penumpang RosIn Super Executive Class, tak ku sangka sebelumnya bahwa ternyata di dalam ruangan spesial untuk pelanggan RosIn itu telah tersedia toilet gratis, sama halnya dengan ruang servis makan Harapan Jaya, hanya saja jika di PO dari Tulungagung itu menjadikan ruangan ber'AC ini untuk customer di berbagai kelas, tak hanya kelas terbaik saja. Menu yg dihidangkan secara prasmanan pun ku rasa biasa saja, tak ada yg spesialnya melebihi sajian service makan pada umumnya, hanya saja tidak terpampangnya caution permohonan maaf untuk mengambil satu potong ayam saja, entah apakah itu mungkin para penumpang dibebaskan untuk mengambil sesuka hatinya ataukah tidak. Sesudahnya menghisap sebatang rokok sebagai jamuan penutup makan malam, ku sandarkan kembali sekujur tubuhku di seat 5B ku, selimut yg tadinya berantakan karena telah ku pakai pun kini kembali rapi seperti sedia kala, lagi lagi tak beda dengan pelayanan PO Harapan Jaya. Driver tengah mulai memacu putaran roda keluar dari halaman rumah makan, terlihat Shantika Kebo masih terparkir di pelataran RM Bukit Indah, lima unit Madu Kismo berjajar rapi di Kota Sari, dan Laju Prima yg hendak take off meninggalkan Raos Eco. Sesaat mobil besarku merangkak mendaki tanjakan alas roban, dengan jiwa santainya seunit Bejeu mengasapiku dari sebelah kanan, Mercedes-Benz'ku hanya bisa berpasrah, tak lama menyusul GMS Scorpion King yg berkelas sama dengan armadaku, super executive, hanya saja di kubu GMS masih menerapkan formasi 2-2 pada setiap baris seatnya, hmmmmm, mungkin saat bisnya mampu ngeblong bisku para penumpangnya berkata dalam batin "fasilitas boleh lebih rendah, tapi larinya gak kalah". Belum juga GMS jauh berlalu, terlihat dari sebelah kiri ada spion tanduk yg hendak maju mendahului'ku, setelah usahanya berhasil lagi lagi Black Bus Comunity lah rupanya, ini berarti bisku telah ditaklukan oleh tiga unit Scorpion King, tinggal nunggu saja lah Scorpion King'nya siapa lagi yg menjadi urutan ke empat nanti, ku rasa tak kan ada tindakan dari sang sopir untuk menyejajarkan pegangannya dengan para kompetitornya. Benar saja dugaanku, dari sebelah kiri melenggang dengan tenangnya seunit Legacy Sky milik Laju Prima yg tadi telah ku blong saat dia masih di rumah makan langgananya, tak jauh di belakangnya Scania Kebo milik Shantika turut membututi larinya Golden Dragon yg ngacir di depannya. Rasa rasanya tak ingin sakit hati lebih dalam karena penghianatan para rival rival raja jalanan malam, aku lebih memilih untuk menggapai indahnya pantura dalan mimpi. Seatnya yg nyaman membuatku tak usah bersusah ambil posisi untuk start meluncur ke alam maya mengejar satu unit SR-1, dua unit Kalajengking hitam, dan dua unit Kalajengking lain di dalam pejaman mata. Keadaan jalan yg tak selalu mulus dan putaran roda yg terkadang berhenti sejenak, sering kali menyadarkanku dari pesona palsu mimpi mimpiku. Hingga akhirnya jiwa ini terjaga seutuhnya ketika armadaku memasuki lapangan parkir rumah makan Rosalia Indah Indramayu. Mata yg urung sepenuhnya terbuka menjiwai raga ini ku paksakan untuk menyusuri jalan setapak kabin buatan karoseri Malang itu, hingga akhirnya tercapailah tujuanku ke dalam rumah makan untuk meramaikan jamuan pagi ala kelas VIP ke atas ini. Seusainya ku selesaikan urusan kecilku di toilet yg terbilang kurang mumpuni karena terlihat sedikit kotor dan tidak terawat, ku coba untuk mencari cari tempat dimana aku bisa menukarkan kupon ku dengan segelas kopi dan snack, ku ikuti alur para penumpang lainnya namun tak ada juga yg terlihat punya greget untuk melangkahkan kakinya ke desk service gratis itu, yg ada kesemua penumpang dari tiga unit armada yg tengah terparkir di luar itu hanya langsung mengincar tempat duduk tanpa membawa hidangan yg bakal menghangatkan suasana pagi di kota Indramayu itu, ketimbang aku tersipu malu dihadapan 22 x 3 orang, mendingan aku ikutan duduk aja, pura puranya pegang HP buat nutupin kegelisahanku ini. Sedang penumpang armada yg datang terlebih dulu telah asik menikmati snack hasil penukaran selembar kertas kuning yg dibanderol bersama tiket, lalu darimana mereka mendapatkannya, ku rasa ketika dulu aku di sini bareng NL 297 gak seperti ini suasananya, begitu aku melewati gerbang pintu akses masuk ruangan aku langsung disambut kehadiran meja tempat snack disediakan, tapi ini kok beda, tata ruangan dan arah mata angin pun ku rasa gak sama kaya dulu, ah tau ah, penumpang yg satu bis sama aku juga pada belum bisa mencicipi snack, kalau mereka nantinya dapat masa aku gak dapat seh. Tiba tiba ada seorang pelayan yg sedari tadi wira wiri datang menyamperi'ku, dengan membawa sepotong roti basah dan sebuah pastel yg tergabung rapi di atas leser bersama selembar tisyu kering, dia pun langsung menyajikan apa yg dibawanya setelah sebelumnya meminta kupon ku, gak berjarak lama ada lagi seorang yg menawarkan minuman yg ku kehendaki, pilihanya teh atau kopi saja, terus ada lagi yg menyusul mengantarkan sehelai handuk basah hangat melengkapi semua hidangan sebelumnya. Well, sekarang baru terjawab segala kegundahanku tadi, ternyata pelayanan untuk kelas Super Executive memang beda dengan kelas di bawahnya, pantas saja ruangan ini ku rasa berubah gak seperti saat aku menjalani service snack pagi bareng kelas Executive dulu, pun tiga unit armada yg terparkir kesemuanya bertitel SE Class, ternyata ini ruangan khusus untuk customer di kelas bintang toh... Sepanjang roda Rosin'ku berputar mengitari aspalan jalan Indramayu - Jakarta, tak ada yg berkesan untuk ku save dalam ingatan dan ku beberkan menambah panjang entri ini, sehingga Service Snack pagi di Rumah Makan Rosalia Indah itulah latar waktu dan tempat yg menjadi ujung alur catatan perjalananku kali ini. Kesimpulan dariku, NL 377 bukanlah SuperStar, dari armadanya yg masih Mercedes-Benz OH1521, belum mengusung fitur Air Suspension, serta dari segi pelayanan yg terbilang bersaing dan berbanding dengan kelas Executive ke bawah milik Harapan Jaya. Mungkin inilah pasal yg menjadi landasan kenapa kubu PO Harapan Jaya tak jua mengenalkan kelas Level Up melengkapi tiga kelas yg telah tersedia dalam manajemennya, jikalau kelas menengah ke bawah yg ditawarkan aja telah dibenankan berbagai fitur dan layanan tak ubahnya kelas Top Level, lantas kelebihan apa lagi yg harus ditambahkan supaya kelas di atasnya bisa terbilang Super Executive, haruskah mengadopsi mesin berpower 1000hp, bercilinder 50000cc, dengan rasio percepatan 9 speed + 2 gigi mundur, bertumpu pada 4 balon udara di setiap as roda? Dengan fitur Lemari Es, Mesin Cuci, Bak Mandi + Shower air hangat, bioskop, salon & SPA di dalam kabin body import dari Benua Atlantis? Serta dengan driver yg telah mengantongi jam terbang melebihi kapten, dengan pengawalan helper dari anggota militer Rusia, dan pramugari dari juara miss Indonesia? Hmmmm, (anak gaul bilang) LEBAY...
Sesampaianya di pool Wonogiri, penumpang pemegang tiket Patas AC (Bussines Class Rec Seat 2-2 Non Toilet) dimonggo'kan untuk berpindah ke bis dibelakangnya, sementara penumpang jurusan Lampung dan penumpang transit di poll Kartosuro dimohon untuk tetap berdiam di kabin dengan pendingin udara Thermo King itu. Setibanya di Kartosuro jam menunjuk angka 4 sore, aku beserta penumpang lain yg tak ada niat hendak ke Lampung pun turun dari bis Executive Recomended itu. Keadaan loket dan ruang tunggu nampaknya telah mengalami renovasi dari semula yg aku temui setahun silam, Rosalia Mart pun telah dilengkapkan di dalam area ruang tunggu sebagai sarana penunjang, gak tau apakah toiletnya pun turut ada progress atau tidak, dari yg semula dipatok tarif kebersihan menjadi free for customer. Sekitar sejam menunggu sembari menatap rintik air hujan membasahi kota bagian Sukoharjo Makmur ini, dua unit armada SE dan sebuah SR-1 Exe telah mampir dan mapan menunggu penghuni kursi kursi yg setia dibawanya kemana mana. Petugas agen mulai memanggil satu per satu nama penumpang yg berhak melangkahkan kakinya ke dalam bis yg telah siaga, aku sedikit tak menghiraukannya lantaran kedua armada Super yg masuk kesemuanya tiada yg bernomor 320. Namun dadaku berdetak dengan tiba tibanya saat mendengar ada salah satu penumpang Super Executive jurusan Bogor dipanggil petugas, dalam hati berkata kata penuh tanya apakah ini bisku, secara tujuanku di Pall Depok adalah jalur yg dilintasi bis bis jurusan Bogor, dan jikalau ada penumpang yg dipanggil untuk naek ke bis Super Executif jurusan Bogor, masa seh aku tidak terpanggil, bukannya RosIn SE hanya ada satu unit yg berlabuh di Kota Hujan. Telapak tanganku semakin mendingin dibumbui keringat ringan saking rasa was-was'ku menunggu sebuah panggilan. "Keluarga Dian, 2 orang, dari agen Purwantoro, tujuan Pall Depok, Kelas Super", alangkah terkejutnya aku mendengar panggilan itu, langsung saja ku mengeluarkan jurus langkah seribu untuk mendaftarkan tiketku pada Cheker yg memanggilku itu. Setelah tiketku dilihat dan tertera angka 320 bawaan dari agenku tadi, "377 nggih mas, sanes 320" penjelasannya, ku sahut "O... Nggih pak, niki bise mpun wonten mriki?," dibalasnya "sampun mas, niko ingkang nembe puter wonten mburi, mase ngentosi wonten ngajeng pintu samping mriku mawon", tutur katanya ramah dan halus memberikan pengarahan pada pelanggan, tak seperti apa yg ku dapati setahun yg lalu ketika hendak ke Ciledug dengan Exe NL 297. Sembari aku meniti langkah koridor untuk munuju seat 5B-5C ku, Oh My God, inikah Interior Super Executive RosIn saat ini dengan rajutan elegant body Jetbus ala Morodadi prima itu. Sungguh mengagumkan, seat setebal sofa rumah tinggal bernuansa coklat kemudaan memberikan aroma mewah nan kalem pada kabin bis bintang empat ini, dilengkapi pula sandaran tangan yg telah teraruh sebotol air mineral Utra, benar benar beda dengan yg dulu pernah ku saksikan di rumah makan Sari Rasa saat kala itu hatiku masih cinta mati dengan Gunung Mulia. Syukur'ku akan kekeliruan agen Purwantoro yg memberikan info 320 sebagi NL bisku, karena setengahnya memang inilah niatku mencoba kelas SE, mendapat armada terbaru yg katanya bertenaga Mercedes-Benz 1626 itu. Namun setelah ku kupas info mengenai NL 377 ini di salah satu forum via google, ternyata ini bukanlah salah satu dari 20 armada terbaru milik RosIn yg ber'built-up suspensi udara itu, konon ini adalah rebody saja, sedang jiwanya tetap bernyawa OH 1521 Intercooler. Seiring Jetbus ku take-off dari daratan pool, cuaca pun enggan cerah kembali, tetesan air hujan menimbulkan warna es pada kaca serta waktu yg mulai beranjak meninggalkan senja di weekend ini membuat jarak pandangku menikmati wahana pinggir jalan raya tak lagi jauh dan luas. Normalnya jiwaku, perjalanan ke Jakarta adalah momentum yg paling mudah ku isi dengan rangkaian mimpi, namun hingga kudaku memasuki terminal Boyolali pun tak jua aku bisa memejamkan pandanganku dari alam nyata. Kemacetan jalan di Salatiga menambah aura kejenuhanku, semakin memperpanjang waktu tempuh putaran enam roda armada besar ini. Menginjak aspalan kota Ungaran mendadak film yg gak aku mengerti judul serta ceritanya dalam LCD mati, disusul led biru yg difungsikan sebagai lampu tidur kabin pun padam, jam digital yg terletak di atas layar 21" turut restart ke angka 00:00, entah apa gerangan yg terjadi, tak lama bersamaan dengan tangan driver yg membelokkan lingkar setirnya ke kiri tercium aroma kabel terbakar, mungkin ini penyebab trobel ke'tidak-fungsi'an beberapa fasilitas dalam kabin tersebut. Pramugara pun terdengar berusaha memperbaiki konsleting yg tengah terjadi, tak sampai memakan waktu lima menit akhirnya semua bisa kembali normal, sopir pun kembali mengambil ancang ancang untuk menaklukkan medan jalan Ungaran. Krida pancalan pedal gas sang pilot tak sanggup ku saksikan lantaran dunia dalam mimpi menghilangkan kesadaranku sepanjang lintasan Ungaran - Kendal, jiwaku kembali terjaga sesaat bis parkir di pelataran belakang rumah makan Sari Rasa bersama NL 400 dan NL 320 yg kabar anginnya sempat mengacaukan pikiranku siang tadi. Selepasnya aku turun dari kabin armadaku, aku langsung menuju Toilet untuk sekedar mencuci muka yg lembab karena ke'tidak-cocokan'ku dengan ruangan ber'air-conditioner. Lantas segera saja ku masuki ruangan berkaca yg dikhususkan untuk penumpang RosIn Super Executive Class, tak ku sangka sebelumnya bahwa ternyata di dalam ruangan spesial untuk pelanggan RosIn itu telah tersedia toilet gratis, sama halnya dengan ruang servis makan Harapan Jaya, hanya saja jika di PO dari Tulungagung itu menjadikan ruangan ber'AC ini untuk customer di berbagai kelas, tak hanya kelas terbaik saja. Menu yg dihidangkan secara prasmanan pun ku rasa biasa saja, tak ada yg spesialnya melebihi sajian service makan pada umumnya, hanya saja tidak terpampangnya caution permohonan maaf untuk mengambil satu potong ayam saja, entah apakah itu mungkin para penumpang dibebaskan untuk mengambil sesuka hatinya ataukah tidak. Sesudahnya menghisap sebatang rokok sebagai jamuan penutup makan malam, ku sandarkan kembali sekujur tubuhku di seat 5B ku, selimut yg tadinya berantakan karena telah ku pakai pun kini kembali rapi seperti sedia kala, lagi lagi tak beda dengan pelayanan PO Harapan Jaya. Driver tengah mulai memacu putaran roda keluar dari halaman rumah makan, terlihat Shantika Kebo masih terparkir di pelataran RM Bukit Indah, lima unit Madu Kismo berjajar rapi di Kota Sari, dan Laju Prima yg hendak take off meninggalkan Raos Eco. Sesaat mobil besarku merangkak mendaki tanjakan alas roban, dengan jiwa santainya seunit Bejeu mengasapiku dari sebelah kanan, Mercedes-Benz'ku hanya bisa berpasrah, tak lama menyusul GMS Scorpion King yg berkelas sama dengan armadaku, super executive, hanya saja di kubu GMS masih menerapkan formasi 2-2 pada setiap baris seatnya, hmmmmm, mungkin saat bisnya mampu ngeblong bisku para penumpangnya berkata dalam batin "fasilitas boleh lebih rendah, tapi larinya gak kalah". Belum juga GMS jauh berlalu, terlihat dari sebelah kiri ada spion tanduk yg hendak maju mendahului'ku, setelah usahanya berhasil lagi lagi Black Bus Comunity lah rupanya, ini berarti bisku telah ditaklukan oleh tiga unit Scorpion King, tinggal nunggu saja lah Scorpion King'nya siapa lagi yg menjadi urutan ke empat nanti, ku rasa tak kan ada tindakan dari sang sopir untuk menyejajarkan pegangannya dengan para kompetitornya. Benar saja dugaanku, dari sebelah kiri melenggang dengan tenangnya seunit Legacy Sky milik Laju Prima yg tadi telah ku blong saat dia masih di rumah makan langgananya, tak jauh di belakangnya Scania Kebo milik Shantika turut membututi larinya Golden Dragon yg ngacir di depannya. Rasa rasanya tak ingin sakit hati lebih dalam karena penghianatan para rival rival raja jalanan malam, aku lebih memilih untuk menggapai indahnya pantura dalan mimpi. Seatnya yg nyaman membuatku tak usah bersusah ambil posisi untuk start meluncur ke alam maya mengejar satu unit SR-1, dua unit Kalajengking hitam, dan dua unit Kalajengking lain di dalam pejaman mata. Keadaan jalan yg tak selalu mulus dan putaran roda yg terkadang berhenti sejenak, sering kali menyadarkanku dari pesona palsu mimpi mimpiku. Hingga akhirnya jiwa ini terjaga seutuhnya ketika armadaku memasuki lapangan parkir rumah makan Rosalia Indah Indramayu. Mata yg urung sepenuhnya terbuka menjiwai raga ini ku paksakan untuk menyusuri jalan setapak kabin buatan karoseri Malang itu, hingga akhirnya tercapailah tujuanku ke dalam rumah makan untuk meramaikan jamuan pagi ala kelas VIP ke atas ini. Seusainya ku selesaikan urusan kecilku di toilet yg terbilang kurang mumpuni karena terlihat sedikit kotor dan tidak terawat, ku coba untuk mencari cari tempat dimana aku bisa menukarkan kupon ku dengan segelas kopi dan snack, ku ikuti alur para penumpang lainnya namun tak ada juga yg terlihat punya greget untuk melangkahkan kakinya ke desk service gratis itu, yg ada kesemua penumpang dari tiga unit armada yg tengah terparkir di luar itu hanya langsung mengincar tempat duduk tanpa membawa hidangan yg bakal menghangatkan suasana pagi di kota Indramayu itu, ketimbang aku tersipu malu dihadapan 22 x 3 orang, mendingan aku ikutan duduk aja, pura puranya pegang HP buat nutupin kegelisahanku ini. Sedang penumpang armada yg datang terlebih dulu telah asik menikmati snack hasil penukaran selembar kertas kuning yg dibanderol bersama tiket, lalu darimana mereka mendapatkannya, ku rasa ketika dulu aku di sini bareng NL 297 gak seperti ini suasananya, begitu aku melewati gerbang pintu akses masuk ruangan aku langsung disambut kehadiran meja tempat snack disediakan, tapi ini kok beda, tata ruangan dan arah mata angin pun ku rasa gak sama kaya dulu, ah tau ah, penumpang yg satu bis sama aku juga pada belum bisa mencicipi snack, kalau mereka nantinya dapat masa aku gak dapat seh. Tiba tiba ada seorang pelayan yg sedari tadi wira wiri datang menyamperi'ku, dengan membawa sepotong roti basah dan sebuah pastel yg tergabung rapi di atas leser bersama selembar tisyu kering, dia pun langsung menyajikan apa yg dibawanya setelah sebelumnya meminta kupon ku, gak berjarak lama ada lagi seorang yg menawarkan minuman yg ku kehendaki, pilihanya teh atau kopi saja, terus ada lagi yg menyusul mengantarkan sehelai handuk basah hangat melengkapi semua hidangan sebelumnya. Well, sekarang baru terjawab segala kegundahanku tadi, ternyata pelayanan untuk kelas Super Executive memang beda dengan kelas di bawahnya, pantas saja ruangan ini ku rasa berubah gak seperti saat aku menjalani service snack pagi bareng kelas Executive dulu, pun tiga unit armada yg terparkir kesemuanya bertitel SE Class, ternyata ini ruangan khusus untuk customer di kelas bintang toh... Sepanjang roda Rosin'ku berputar mengitari aspalan jalan Indramayu - Jakarta, tak ada yg berkesan untuk ku save dalam ingatan dan ku beberkan menambah panjang entri ini, sehingga Service Snack pagi di Rumah Makan Rosalia Indah itulah latar waktu dan tempat yg menjadi ujung alur catatan perjalananku kali ini. Kesimpulan dariku, NL 377 bukanlah SuperStar, dari armadanya yg masih Mercedes-Benz OH1521, belum mengusung fitur Air Suspension, serta dari segi pelayanan yg terbilang bersaing dan berbanding dengan kelas Executive ke bawah milik Harapan Jaya. Mungkin inilah pasal yg menjadi landasan kenapa kubu PO Harapan Jaya tak jua mengenalkan kelas Level Up melengkapi tiga kelas yg telah tersedia dalam manajemennya, jikalau kelas menengah ke bawah yg ditawarkan aja telah dibenankan berbagai fitur dan layanan tak ubahnya kelas Top Level, lantas kelebihan apa lagi yg harus ditambahkan supaya kelas di atasnya bisa terbilang Super Executive, haruskah mengadopsi mesin berpower 1000hp, bercilinder 50000cc, dengan rasio percepatan 9 speed + 2 gigi mundur, bertumpu pada 4 balon udara di setiap as roda? Dengan fitur Lemari Es, Mesin Cuci, Bak Mandi + Shower air hangat, bioskop, salon & SPA di dalam kabin body import dari Benua Atlantis? Serta dengan driver yg telah mengantongi jam terbang melebihi kapten, dengan pengawalan helper dari anggota militer Rusia, dan pramugari dari juara miss Indonesia? Hmmmm, (anak gaul bilang) LEBAY...
No comments:
Post a Comment