20 December 2015

Jumbuh Karo Abang'e



Agra Mas, yups... bis yg berbibit dari divisi AKAP jarak menengah ini rodanya bergulir secara resmi di aspalan Wonogiri beserta sub-country'nya pada tahun 2011 silam. Dimana ketika itu bukan saja wilayah trayeknya, pun juga rintisan di divisi bis malam memang benar benar pertama kalinya dijadikan pelebaran sayap bisnis.
Biarpun beberapa tahun sebelum trayeknya dilegalkan sempat mengalami masa sulit dalam menembus market Wonogiren dengan armada AC Ekonominya, bahkan seakan dicundangi oleh rival sesama plat B nya Laju Prima yg lebih dulu mencicipi line Wonogiri tanpa menampakkan rekasane babat alas di tahun tahun sebelumnya, nyatanya first-expansion nya itu bersambut ketertarikan para perantau keturunan nenek moyang petani ketela pohon.
Seperti tak ingin terlambat dalam merespon kepercayaan penumpang, berbagai hal baru dan menjadi yg pertama di Wonogiri perlahan terus dipelurukan.
Semenjak kelas yg diusungnya saat babat alas konon dilarang oleh UPT terminal Giri Adipura, PO yg kemudian memberikan kode BM di armadanya itu bermain di kelas VIP dengan jumlah seat 36 dengan konfigurasi 8 baris kiri 10 baris kanan, selangkah lebih maju dari armada lain di Wonogiri yg pada waktu itu umumnya menerapkan konfigurasi seat 9 baris kiri 11 baris kanan dengan total 40 tempat duduk untuk kelas VIP. Tak khayal, selain harga tiket yg kala itu memang lebih rendah, serta jam keberangkatan yg lebih pagi sehingga menjanjikan kedatangan lebih awal, para penumpang yg mulai menjadi pelanggan memujanya dengan kata 'longgar' karena jarak antar kursinya yg lebih lapang.

Setelah sekian waktu armada eks dipersenjatakan, seiring adanya aksen corak livery sebagai identitas pembeda divisi bis malam dengan bis AKAP dilingkup nama Anugerah Mas, lahirlah unit unit gres dari Randuagung-Singosari-Malang yg dimotori chasis Hino ErKaJes. Kehadiran Ventura menambah daftar nama baru species body di Wonogiri, bahkan ketika itu body New Travego dari Morodadi pun masih menjadi yg pertama berlalu lalang di jalanan Purwantoro – Slogohimo – Jatisrono – Sidoharjo - Ngadirojo hingga Wonogiri.

Selang beberapa waktu, produk yg konon dilabel kelas premium keluaran karoseri Rahayu Santosa pun diterjunkan bertepatan dengan arus mudik tahun 2014 silam. Ya, setelah Tunggal Dara menyudahi order lewat body Evolution dari karoseri penetas busway Komodo itu, nyaris tak nampak bis bis berbody Evo Series dan adik adiknya di Wonogiri. Agra Mas bagaikan membawa angin segar ke Wonogiri dengan turunnya unit baru bertajuk Skyliner SHD.


Hingar bingar perbisan tanah air, membuat semua bagian dari jagad bis itu sendiri enggan diam, termasuk karoseri Adiputro yg kembali memproduksi body setra yg dulu pernah moncer lantas tergerus akan popularitas New Travego itu. Dan nyatanya, body dengan pilar selendang yg jua berlabel Jetbus 2 itu pertama masuk ranah Wonogiri tak luput lewat operasional manajemen Agra Mas. Konon beberapa bodynya ditompang oleh chasis modular pabrikan Jerman bertenaga 260 kuda ber-built-up air suspension. Sebuah hal baru yg dilakukan PO yg belum lama membuka garasi di Wonokarto-Wonogiri itu, setelah armada armada pendahulunya didominasi chasis dari negeri Sakura.



Belum berhenti di situ, body jangkung yg dikenalkan Adiputro di GIIAS 2015 lalu rupanya menjadi obyek yg memikat hati bos Agra untuk dijadikan koleksi asetnya. Ya,,, Jetbus 2 Super High Decker, body yg awal kemunculannya dipelopori oleh karoseri milik PO Nusantara Kudus itu kini mulai melanglang di Wonogiri dengan kelir merah varian putih-hitam. Tak tanggung tanggung, mesin pendorongnya pun dipilih dari Mercedes-Benz dengan predikat teratas di kelas double-axle, OC 500 RF 1836, wooow bukan? Karena sebelumnya chasis premium paling wahid yg bermain di Wonogiri barulah OH 1830 milik pendatang dari Lingkar Barat Ngembal.


Sebagai PO yg terbilang baru dalam menekuni dunia malam, segala hal baru yg dilakukannya patut disandangkan kata berani, setara sebanding dengan pilihan warna cat bodynya.  Jumbuh karo abang'e, begitulah orang Wonogiri berkata.
Opini pribadi, gebrakan gebrakan yg menuai rekor perdana di area kabupaten penghasil gaplek ini disuguhkan penuh sebagai respon atas kepercayaan pelanggan yg makin hari makin mengikis tumpukan tiket. Tak ada sisipan ambisi menghalo panasnya persaingan antar PO, faktanya sebelum dan sesudanya gebrakan itu muncul, para kompetitornya masih keep calm and ora ilok-ilok.
Satu kebijakan langkah dari sebuah perusahaan, tanggap akan kepercayaan yg telah diraih, bukan malah terlena akan prestasinya sehingga soal kepuasan pelanggan dianggap bakal abadi tanpa ada usaha untuk mepertahankannya.
Scania series, Triple Axle, Double Decker, atau hal baru apalagi yg kini direncanakan sebagai imbuh bukti loyalitasnya pada penumpang?


sumber foto : facebook

No comments:

Post a Comment