Hehe, andai saja...
Aku adalah orang asli Jakarta, suatu ketika hendak refreshing (biasa orang kota gitu...) ke sebuah
kampung di Jawa Tengah untuk kali pertamanya, yaaaa diandaikan lagi aja
menerima ajakan pacar sowan ke rumahnya gitu lah...
Mau naik pesawat, eh rumah pacarnya jauh dari bandara... mau naik kereta api, gengsi sama mertua... mau bawa mobil pribadi, tapi gak kuat nyewa... Akhirnya setuju untuk naik bis aja dengan janji dan iming iming dari pacar bahwa bis'nya berkelas "Executive"...
Tiba di agen, sambil nunggu bis'nya datang, "Mas, tadi udah minum Antimo belum?", tanya pacar. Ku jawab "Ah, gak usah minum lah, katanya kan bis Executive, pasti disediain kantong plastik kan buat penumpang yg mabok".
Belum sempat dijawab bis'nya datang, "Bis'nya yg ada tulisan JETBUS HADE nya itu ya Ay, wah bagus ya, biar gak gandeng tapi ini terlihat lebih bersih dan terawat, pantes aja kalau kelasnya Executive...", tanyaku penuh kagum. "Iya Mas, ayo buruan naik, biar adem, di luar panas...", ajak pacarku.
Aku langsung duduk di belakang sopir, kebetulan masih kosong, pikirku biar tau jalanan nantinya. Eh tiba tiba, "Mas, kita duduk di kursi 5AB, bukan di sini...", hehe kirain bebas milih, gak taunya udah dijatah to...
LCD TV di depan lumayan gedhe, bahkah lebih besar dengan yg ada di ruang tamu rumahku, AC nya dingin melebihi ruang kerja di kantorku, pantes aja kantorku tak menyediakan selimut seperti di bis ini, orang AC nya gak dingin.
Ku pikir pikir, ini bis gak rugi apa ya, kok bis jarak jauh juga kursinya cuma berformasi 2-2, bis sini aja yg cuma jarak dekat penumpangnya sampai suruh bergelantungan saking berjubelnya.
Menoleh ke belakang, eh kok ada toilet dan smoking areanya segala, di kamarku aja kalau mau ke toilet harus turun dulu ke lantai satu, gak seperti ini yg ada toilet dalam satu ruangan, hmmm mungkin ini yg namanya bis Executive.
Kursi deretan sebelahku yg tadi kosong, baru saja di tempatin dua orang gadis, facenya selisih dikitlah dengan Asti Ananta dan Sandra Dewi, bikin imanku goyah aja tuh cewek. Tiba tiba kok pacarku nyodok, "Awas kalau main mata, apalagi lebih...", aduh rupanya curi curi pandangku terdeteksi juga sama pacarku. Ku jawab aja, "Iya iya gak..." sambil berkata dalam hati "Executive Executive...".
Bis perlahan berjalan, tapi kok seperti gak menyentuh bumi ya, wah jangan jangan ini bis bisa melayang layaknya pesawat.
"Ay, ini udah jalan belum seh, kok rasanya halus banget gini?", daripada penasaran dan takut mending ngomong jujur aja lah. "Udah Mas, ini kan bis dengan Air Suspension, jadi getaran yg timbul akibat gejala body bis menyentuh medan tanah diminimalisir, sehingga lebih terasa halus dan empuk...".
Oh, gitu to ceritanya, jadi tulisan di kaca samping tadi ternyata Air Suspension to, sekilas tadi terbaca Air SusuPeresan.
Saking sempurnanya reaksi dari aksi teknologi Air Suspension itu, dipadu dengan alunan lagu "Januari Yang Biru", tak sadar akupun mulai tertidur...
Ssssssttttt.....
"Sampai mana ini Ay?", tanyaku sesaat terbangun dan melihat jam menunjuk pukul 16.11. "Baru sampai Indramayu Mas, oh ya sebentar lagi masuk rumah makan Mas, jangan tidur lagi, siap siap turun", penjelasan pacarku.
"Oh iya, ya udah aku ke toilet dulu ya...", niatnya abis tidur sekedar cuci muka gitu. "Eh Mas, jangan... Ini kan udah mo nyampe rumah makan, ditahan dulu, ntar aja pipisnya di toilet rumah makan...", sambil pegangin tanganku yg hampir saja beranjak dari kursi ini. "Lhah, emang kenapa Ay, kan emang disediain untuk digunakan to?", tanyaku diatas keheranan. "Iya Mas, tapi alangkah baiknya kita menggunakan toilet itu ketika benar benar dalam kondisi darurat, jika sekiranya masih bisa ditahan sampai kita turun nanti, mending ditahan dulu. Kasihan bapak kernetnya Mas, ngisi air toiletnya kan susah, apalagi waktu istirahat beliau masih harus ngecek ban, nglipat selimut kita kita ini juga, dan untuk yg muslim harus menunaikan solat, padahal jam istirahatnya kan gak lama".
Oh jadi gitu to, intinya kita harus bisa bertenggang rasa dengan pak kernet, iya juga ya, kita emang gak boleh semena mena walaupun penumpang adalah raja.
"Woow, rumah makannya besar banget Ay, parkirannya luas banget kaya terminal aja, itu yg ijo bis Lorena ma Tunggal Daya ya, di sampingnya lagi ada Purwo Widodo, yg jalan di depan kita itu Laju Prima dan Maju Lancar, sedang di belakang kita ada Madu Kismo sama Tunggal Dara, tuh yg parkir di sana juga ada Ay, Agra Mas sama Sindoro Satria Mas itu...", decak kagum'ku saat melihat rumah makan sebesar ini dengan penghuni beraneka warna nama bis, tak bisa ku pungkiri namanya bis Executive pasti masuk di restorant yg berkelas pula.
Dari balik kaca samping, ku lihat para pelayannya yg ihhhh, aduhai deh, dengan pakaian berseragam, menandakan eksistensi bahwa ini bukan rumah makan biasa, dalam benakku sekali lagi bersua "inilah rumah makan bis Executive".
Setelah ke tolilet untuk melegakan apa yg sempat ku tahan tadi, pacarku menunggu di depan pintu masuk, dan segera kami berdua memasukinya.
"Mo pesen makan apa nih Ay?”
"Udah disediain kok Mas, gak usah pesen, ntar tinggal ambil aja, gratis pula".
What, gratis? Resto sebesar ini, yg seyogyanya mesti tertebus dengan kantong yg tebal, ini disediakan secara free, sungguh pelayanan bis Executive.
Pacarku mulai mengambil piring sedang aku mengikuti di belakangnya, piring sengaja tak ku penuhi dengan nasi, niatan siaga jikalau tak muat menampung lauknya nanti.
"Maaf Mas, hanya diperkenankan ambil satu potong saja", teguran si pelayan yg sedikit lebih perfect dari pacarku, uuh malu maluin aja, kalau memang cuma boleh ambil satu kenapa gak dikasih tulisan, kenapa harus nunggu ada yg ambil lebih dari satu terus dihadiahi teguran?
Menu selanjutnya adalah sayur bening, tapi apa ya yg ada diantara kuah encer nan banyak yg seolah kurang bumbu itu, ah daripada mubadzir mending aku gak ambil deh, pasti pilihan lauk lain juga masih banyak.
Untuk stand yg keempat kalinya setelah nasi, ayam, dan sayur, kini bakwan jagung tersedia di sebuah nampan stainless, daripada dapat teguran lagi, ambil satu aja lah, hihihi... gak mau malu lagi sama dara cantik berambut lurus panjang itu...
Eh, tak kira masih ada menu ke-lima ke-enam dan selanjutnya, ternyata gorengan yg disebut "Bala Bala" oleh orang suku sunda tadi merupakan menu lauk terakhir, selanjutnya tinggal kerumunan gelas yg berisi air teh saja.
"Es nya mana Mbak?", tanyaku pada pelayan, karena di sediakan air teh yg hanya berisi setengah gelas maka ku pikir ini adalah untuk yg mengingini tambahan es sehingga isi dalam gelas menjadi penuh.
"Maaf Mas, gak ada es", lho... kalau gak ada es, kenapa juga disediakan air teh yg gak full? Huuh, mesti malu lagi lantaran dapat kata maaf untuk yg kedua kalinya.
Alhasil piring di tanganku hanya berisi nasi putih, sepotong ayam, dan sebuah bakwan jagung, serta segelas teh di tangan kiriku.
Ku ikuti langkah pacarku dalam mencari tempat duduk untuk menyantap hidangan resto ala economis food ini.
"Yuuk Mas, cepetan dimakan, istirahatnya gak lama lho, ntar ketinggalan malah...".
"Iya Ay, ngomong ngomong ini kan bis Executive Ay, kok service makannya cuma kaya gini?", tanyaku pada pacarku seolah penuh gelengan kepala.
Sambil tersenyum sinis dia menjawab "Hheh, yg berkelas Executive kan bis'nya Sayang, kalau hidangan rumah makan'nya berkelas Ekonomis....".
Mau naik pesawat, eh rumah pacarnya jauh dari bandara... mau naik kereta api, gengsi sama mertua... mau bawa mobil pribadi, tapi gak kuat nyewa... Akhirnya setuju untuk naik bis aja dengan janji dan iming iming dari pacar bahwa bis'nya berkelas "Executive"...
Tiba di agen, sambil nunggu bis'nya datang, "Mas, tadi udah minum Antimo belum?", tanya pacar. Ku jawab "Ah, gak usah minum lah, katanya kan bis Executive, pasti disediain kantong plastik kan buat penumpang yg mabok".
Belum sempat dijawab bis'nya datang, "Bis'nya yg ada tulisan JETBUS HADE nya itu ya Ay, wah bagus ya, biar gak gandeng tapi ini terlihat lebih bersih dan terawat, pantes aja kalau kelasnya Executive...", tanyaku penuh kagum. "Iya Mas, ayo buruan naik, biar adem, di luar panas...", ajak pacarku.
Aku langsung duduk di belakang sopir, kebetulan masih kosong, pikirku biar tau jalanan nantinya. Eh tiba tiba, "Mas, kita duduk di kursi 5AB, bukan di sini...", hehe kirain bebas milih, gak taunya udah dijatah to...
LCD TV di depan lumayan gedhe, bahkah lebih besar dengan yg ada di ruang tamu rumahku, AC nya dingin melebihi ruang kerja di kantorku, pantes aja kantorku tak menyediakan selimut seperti di bis ini, orang AC nya gak dingin.
Ku pikir pikir, ini bis gak rugi apa ya, kok bis jarak jauh juga kursinya cuma berformasi 2-2, bis sini aja yg cuma jarak dekat penumpangnya sampai suruh bergelantungan saking berjubelnya.
Menoleh ke belakang, eh kok ada toilet dan smoking areanya segala, di kamarku aja kalau mau ke toilet harus turun dulu ke lantai satu, gak seperti ini yg ada toilet dalam satu ruangan, hmmm mungkin ini yg namanya bis Executive.
Kursi deretan sebelahku yg tadi kosong, baru saja di tempatin dua orang gadis, facenya selisih dikitlah dengan Asti Ananta dan Sandra Dewi, bikin imanku goyah aja tuh cewek. Tiba tiba kok pacarku nyodok, "Awas kalau main mata, apalagi lebih...", aduh rupanya curi curi pandangku terdeteksi juga sama pacarku. Ku jawab aja, "Iya iya gak..." sambil berkata dalam hati "Executive Executive...".
Bis perlahan berjalan, tapi kok seperti gak menyentuh bumi ya, wah jangan jangan ini bis bisa melayang layaknya pesawat.
"Ay, ini udah jalan belum seh, kok rasanya halus banget gini?", daripada penasaran dan takut mending ngomong jujur aja lah. "Udah Mas, ini kan bis dengan Air Suspension, jadi getaran yg timbul akibat gejala body bis menyentuh medan tanah diminimalisir, sehingga lebih terasa halus dan empuk...".
Oh, gitu to ceritanya, jadi tulisan di kaca samping tadi ternyata Air Suspension to, sekilas tadi terbaca Air SusuPeresan.
Saking sempurnanya reaksi dari aksi teknologi Air Suspension itu, dipadu dengan alunan lagu "Januari Yang Biru", tak sadar akupun mulai tertidur...
Ssssssttttt.....
"Sampai mana ini Ay?", tanyaku sesaat terbangun dan melihat jam menunjuk pukul 16.11. "Baru sampai Indramayu Mas, oh ya sebentar lagi masuk rumah makan Mas, jangan tidur lagi, siap siap turun", penjelasan pacarku.
"Oh iya, ya udah aku ke toilet dulu ya...", niatnya abis tidur sekedar cuci muka gitu. "Eh Mas, jangan... Ini kan udah mo nyampe rumah makan, ditahan dulu, ntar aja pipisnya di toilet rumah makan...", sambil pegangin tanganku yg hampir saja beranjak dari kursi ini. "Lhah, emang kenapa Ay, kan emang disediain untuk digunakan to?", tanyaku diatas keheranan. "Iya Mas, tapi alangkah baiknya kita menggunakan toilet itu ketika benar benar dalam kondisi darurat, jika sekiranya masih bisa ditahan sampai kita turun nanti, mending ditahan dulu. Kasihan bapak kernetnya Mas, ngisi air toiletnya kan susah, apalagi waktu istirahat beliau masih harus ngecek ban, nglipat selimut kita kita ini juga, dan untuk yg muslim harus menunaikan solat, padahal jam istirahatnya kan gak lama".
Oh jadi gitu to, intinya kita harus bisa bertenggang rasa dengan pak kernet, iya juga ya, kita emang gak boleh semena mena walaupun penumpang adalah raja.
"Woow, rumah makannya besar banget Ay, parkirannya luas banget kaya terminal aja, itu yg ijo bis Lorena ma Tunggal Daya ya, di sampingnya lagi ada Purwo Widodo, yg jalan di depan kita itu Laju Prima dan Maju Lancar, sedang di belakang kita ada Madu Kismo sama Tunggal Dara, tuh yg parkir di sana juga ada Ay, Agra Mas sama Sindoro Satria Mas itu...", decak kagum'ku saat melihat rumah makan sebesar ini dengan penghuni beraneka warna nama bis, tak bisa ku pungkiri namanya bis Executive pasti masuk di restorant yg berkelas pula.
Dari balik kaca samping, ku lihat para pelayannya yg ihhhh, aduhai deh, dengan pakaian berseragam, menandakan eksistensi bahwa ini bukan rumah makan biasa, dalam benakku sekali lagi bersua "inilah rumah makan bis Executive".
Setelah ke tolilet untuk melegakan apa yg sempat ku tahan tadi, pacarku menunggu di depan pintu masuk, dan segera kami berdua memasukinya.
"Mo pesen makan apa nih Ay?”
"Udah disediain kok Mas, gak usah pesen, ntar tinggal ambil aja, gratis pula".
What, gratis? Resto sebesar ini, yg seyogyanya mesti tertebus dengan kantong yg tebal, ini disediakan secara free, sungguh pelayanan bis Executive.
Pacarku mulai mengambil piring sedang aku mengikuti di belakangnya, piring sengaja tak ku penuhi dengan nasi, niatan siaga jikalau tak muat menampung lauknya nanti.
"Maaf Mas, hanya diperkenankan ambil satu potong saja", teguran si pelayan yg sedikit lebih perfect dari pacarku, uuh malu maluin aja, kalau memang cuma boleh ambil satu kenapa gak dikasih tulisan, kenapa harus nunggu ada yg ambil lebih dari satu terus dihadiahi teguran?
Menu selanjutnya adalah sayur bening, tapi apa ya yg ada diantara kuah encer nan banyak yg seolah kurang bumbu itu, ah daripada mubadzir mending aku gak ambil deh, pasti pilihan lauk lain juga masih banyak.
Untuk stand yg keempat kalinya setelah nasi, ayam, dan sayur, kini bakwan jagung tersedia di sebuah nampan stainless, daripada dapat teguran lagi, ambil satu aja lah, hihihi... gak mau malu lagi sama dara cantik berambut lurus panjang itu...
Eh, tak kira masih ada menu ke-lima ke-enam dan selanjutnya, ternyata gorengan yg disebut "Bala Bala" oleh orang suku sunda tadi merupakan menu lauk terakhir, selanjutnya tinggal kerumunan gelas yg berisi air teh saja.
"Es nya mana Mbak?", tanyaku pada pelayan, karena di sediakan air teh yg hanya berisi setengah gelas maka ku pikir ini adalah untuk yg mengingini tambahan es sehingga isi dalam gelas menjadi penuh.
"Maaf Mas, gak ada es", lho... kalau gak ada es, kenapa juga disediakan air teh yg gak full? Huuh, mesti malu lagi lantaran dapat kata maaf untuk yg kedua kalinya.
Alhasil piring di tanganku hanya berisi nasi putih, sepotong ayam, dan sebuah bakwan jagung, serta segelas teh di tangan kiriku.
Ku ikuti langkah pacarku dalam mencari tempat duduk untuk menyantap hidangan resto ala economis food ini.
"Yuuk Mas, cepetan dimakan, istirahatnya gak lama lho, ntar ketinggalan malah...".
"Iya Ay, ngomong ngomong ini kan bis Executive Ay, kok service makannya cuma kaya gini?", tanyaku pada pacarku seolah penuh gelengan kepala.
Sambil tersenyum sinis dia menjawab "Hheh, yg berkelas Executive kan bis'nya Sayang, kalau hidangan rumah makan'nya berkelas Ekonomis....".
No comments:
Post a Comment